Wednesday, October 31, 2012

Gara-gara Rubik

Ada yang belum tahu apa itu rubik?
Itu lho, kubus dengan pola warna warni, yang biasa dimainkan untuk mengasah otak, atau kadang kala malah memusingkan, kalau gak tahu rumusnya, mustahil deh bisa memainkannya.
gak perlu panjang lebar tentang rubiknya, karena aku yakin kalian pasti sudah pada tahu apa itu rubik, jenis, dan macam-macamnya, atau bahkan mungkin ada yang udah jago. :D
Aku hanya ingin menceritakan perangai si Uki, yang lagi tergila-gila sama Rubik, padahal seminggu yang lalu masih ngutak-ngatik catur dengan tiga langkah matinya, alhasil, Zohir sobatnya yang jadi bahan percobaan sebagai lawan. :-)
"Busyet, belum berhasil juga Ki?"
"Belum nih, tinggal layer terakhir" Jawab Uki tanpa mengalihkan tatapan pada Rubuk di tangannya.
"Ugh.. itu aja gak bisa"
"Memangnya kamu bisa, nih coba selesaikan" Kata Uki melemparkan Rubik di tangannya.
"Kecil maenan yang kaya beginimah"
"Songong kamu Hir, ku kasih 100 ribu kalau bisa" Jawab Uki.
Zohir terlihat semangat begitu mendengar seratus ribu, tangannya dengan lihal membolak balikkan kubus, tapi bukannya sewarna yang di dapat, malah tambah acak-acakkan.
"Itu menyusun atau merusak Hir"
"Aneh, yang sebelah sini beres, yang ini koq malah ancur ya?" Jawab Zohir.
"Makanya dinamakan rubik, teka teki untuk mikir.
"Ki.. cari sarapan yu'" Kata Bella, menyembul di balik pintu.
"Males ah, gak laper"
"Ugh.. anter aku donk, males pergi sendirian, Susi belum pulang"
 "Eh.. hari gini masih mainan rubik, telaaaaat taw" Tambah bela, begitu melihat zohir lagi asik bolak-balikkan warna dinding rubik.
"Kamu udah bisa memang?" Tanya Uki.
"Dulu sih bisa, gak tahu sekarang"
"Itu dia, lebih baik telat, tapi meresap, daripada cepet, duluan, tapi kaya anjing lewat, serepet, tanpa berkesan" 
"Kalau anjing lewat, menggigit kali" Jawab Bella Cemberut.
"Cari sarapan, ku temanin bagaimana" Kata Zohir, menghempaskan Rubik, putus asa sudah.
"Gak usah, aku pergi sendirian aja" Kata Bella membanting pintu. Uki menaikkan kedua alis matanya.
Kos Putri Angsa Puri, bercatkan putih kolaborasi warna pink, di huni oleh  cewek-cewek cantik, tapi super manja, kecuali dua makhluk yang datang tak di undang, Uki dan Zohir, satu kamar dipakai berdua, setahun lebih mereka bertahan, alasannya karena gak ada kos putra yang kosong di wilayah itu, setelah memohon dengan sangat kepada Ibu kos, kini kedua makluk itu jadi penghuni senior, penjaga, sekaligus cowok terganteng di kos itu, walau terkadang teraniaya, harus siap mengerjakan pekerjaan berat, dan rela di suruh itu dan ini oleh anak-anak cewek.
"Ya.. koq jadi ancur lagi warnanya Hir? kaya wajah kamu aja" Kata Uki.
"Habisnya puter sana puter sini, pada lari terus tuh"
"Makanya Hir, kalau belum nyoba, jangan dulu so'-so' an, kalau gak tahu rumusnya, sampai botak juga gak bakalan bisa" Kata Uki. "Padahal aku udah nyiapin uang seratus ribu nih" Tambahnya.
"Alah.. sebenarnya itu kecil, hanya perlu waktu aja untuk merenunginya"
"Ya udah, tuh kamu renungun.. jangan nanya rumusnya" Kata Uki.
"Gak mau ah, buat apa ngurusin hal-hal yang memusingkan"
"Itu tandanya males mikir" 
"Bukan begitu Ki, saat ini pikiranku masih tertuju pada Susi, sekarang lagi jalan sama siapa ya?"
"Susi lagi, udahlah Hir, relakan saja, biarkan dia memilih yang dia sukai, walau mungkin sahabatmu sendiri yang akan terpilih" Kata Uki menepuk dada.
"Aku gak keberatan sih, kalau kamu juga naksir Susi, tapi kalau kalian sampai jadian, aku gak bakalan kuat tinggal di sini lagi" Kata Zohir memelas.
"Ya Ileh.. Hir, jangan memelas gitu donk, pertemanan lebih baik daripada cewek" Kata Uki.
"Bener ya.."
"Ya bener lah, kecuali kepepet, hehe" Kata Uki.
"Ki, Hir.. nih, sisa gorengan" Susi muncul mengagetkan Uki, semoga saja dia gak dengar, pikirnya.
"Sekali-kali jangan sisa donk yang diberikan ke kita" Kata Uki.
"Gak mau? ya udah.."
"Eh.. siapa bilang gak mau, cuma kurang banyak aja" Kata Uki lagi.
"Terima kasih ya Sus, kamu memang bidadari yang baik hati" Kata Zohir, Susi menjulurkan lidah, langsung menutup pintu.
tidak lebih dari dua menit, tuh gorengan ludes, Zohir masih kutap-ketap, kaya kucing habis makan ikan, terus merasa kurang.
"Enak juga ya sore-sore gini makan gorengan, cari lagi yu'" Kata Uki.
"Boleh, kamu yang bayar ya?
"Beres.." Kata Uki. 
tumben pikir Zohir.
keduanya keluar kamar, cewek-cewek lagi ngumpul, bahkan ada yang baring di depan TV, aktivitas sehari-hari, bahkan malam, kecuali ada bola, remot di sita Uki.
"Gorengan mana ya yang enak" 
"Sebelah sana Ki, bakwannya maknyos" Kata Zohir.
"Eh.. tunggu bentar" Kata Uki berherti di depan warung yang menjual assesoris, di balik lemari kaca belasan rubik tertungging menggoda.
"Apaan Ki?
"Rubiknya keren-keren Hir"
"Alah, rubik lagi, kamukan udah punya"
"Punya sih, tapi itu yang murahan"
Uki langsung menemuni cewek cantik penjaga warung, berbagai majalah juga ada di sana, tapi yang banyak gantungan kunci dan bross.
"Mm.. rubik itu di jual?"
"Kalau gak di jual, gak bakalan di pajang di sini bang" Jawab si cewek.
"Oh.. ia lupa, maksudnya harganya berapa?" Kata Uki.
"Tergantung, yang bagus ya mahal, yang jelek, ya murah" 
Si cewek mengambil salah satu rubik, memainkannya dengan sempurna, dalam beberapa detik saja tuh rubik udah jadi, semua warna menempati tempat masing-masing, modifikasi rubik dan tangan si cewek seperti menghipnotis Uki, begitu nanya harga lima puluh ribu, Uki langsung bayar tanpa nawar, padahal harga biasa paling-paling tiga puluh ribuan.
"Huh.. dari pada beli rubik mahal-mahal, mendingan beli pizza, kenyang perut" Kata Zohir setelah beberapa belas meter mereka meninggalkan tempat itu, kini mereka singgah di warung gorengan.
"Pizza cuma sekali makan Hir, kalau ini tahunan masih bisa di pakai" Kata Uki.
Tangannya mengambil beberapa buah bakwan, goreng pisang, dan tempe goreng.
"Berapa bi?"
"Sepuluh ribu" Jawab si Bibi.
Uki merogoh saku celanany..
"Lho, duit ku mana ya Hir?"
"Mana ku tahu? emangnya kamu bawa dompet"
"Nggak, tadikan ada lima puluh ribu di saku celana"
"Itu yang dibelikan Rubik"
"Memangnya harganya berapa?" Kata Uki.
"Lima puluh ribu, kamu linglung ya" Kata Zohir jengkel.
"Apa?? Lima puluh ribu???" Kata Uki seolah baru tersadar.
"Cepetan donk de, antri nih" Kata si Bibi warung.
"Hir, kamu dulu yang bayarin ya?" Kata Uki.
"Aku lagi gak ada duit nih ki" Bisik Zohir.
"Maaf Bi, gak jadi beli" Kata Uki nyengir.
"Oh.. gak bisa, barang yang udah masuk plastik tidak bisa dikembalikan" Kata si bibi kejam.
Uki garuk-garuk kepala.
"Ngutang dulu kalau gitu bi, ntar saya balik lagi"
"Gak bisa, di sini gak terima hutang" Si Bibi masih kejam.
"Jadi bagaimana donk" Kata Uki.
"Tuh.. mempeng banyak cucian piring, kerjakan sampe selesai, baru kalian boleh pulang" Kata Si bibi.
Uki angkat tangan..
Zohir komat-kamit tidak jelas, Awas ki, sampe kos, ku pecahkan tuh Rubik.. pikirnya.. 

_Ygi_

 
 


Tuesday, October 23, 2012

Selamat Ulang Tahun Kotaku (Cerpen)

Malam itu langit kota Pontianak cerah, belum terlalu malam, azan magrib baru beberapa menit saja berkumandang, langit di ufuk barat masih menyisakan bias-bias sinar mentari, sedikit menghitam bersama sisa mendung.
Uki dan Zohir keluar dari Mushola, rambut keduanya masih agak basah, Zohir merentangkan tangannya ke atas, lalu menguap, Uki menyulut sebatang rokok, sejenak mengamati hiruk pikuk keramaian kota, jalanan mulai macet.
"Jadi gak ki kita nonton konser Ungu?" Kata Zohir.
"Jadilah, kitakan bebas dari kemacetan" Jawab Uki.
Itulah untungnya jalau Jalan kaki, biar kendaraan bejibun memadati jalan, tetap bisa bergerak leluasa, sayang sekali kebiasaan ini sudah jarang dilakukan oleh manusia-manusia kota.
"Meriah juga nih Ulang tahun Kota Pontianak, meriamnya sampe kedengaran ke sini"
"Jelaslah Hir, namanya juga meriam, masa kalah sama petasan, kan gak mungkin" Kata Uki.
keduanya berjalan menyusuri jalanana kota, menuju Alun-alun kapuas, yang lebih dikenal dengan Korem, atau taman kapuas, di sanalah acara Ulang tahun kota Pontianak dilangsungkan, Meriam Karbit sudah mulai meletus sejak 4 hari kemarin, dan pada tanggal 23 Oktober adalah malam puncak acara itu, yang dimeriahkan oleh The Virgin dan Ungu.
Uki dan Zohir sebenarnya gak ngefan2 amat sama Ungu, apalagi The Virgin, cuma daripada bengong di kos, mendingan jalan-jalan menikmati keramaian kota, kosong melompong deh tuh kos, anak-anak cewek sudah pergi sejak jam empat siang tadi.
"Huh.. gila banget nih jumlah manusia" Kata Uki, dengan bersusah payah mereka akhirnya sampai di Taman Kapus, Polisi, pedagang, dan pengunjung, sama banyaknya. 
"Banyak rumah penduduk kosong nih, mendingan kita jadi maling aja" Kata Zohir terkekeh.
"Huh.. dasar otak kotor" Kata Uki menjitak kepala sobatnya.
Meriam karbit dibunyikan tiga kali berturut-turut, suaranya memenuhi langit kota Khatulistiwa, konon katanya suara meriam karbit dapat mengusir kuntilanak, hantu paling terkenal di kota itu.
"Kamu yakin kah Hir, tuh meriam bisa ngusir dedemit?"
"Gak tahu, tapi menurut ceritanyakan sepert itu" Jawab Zohir.
"Emang kamu tahu ceritanya?"
"Ya tahulah, siapa sih yang gak tahu, kecuali mungkin kamu, maklum wajah Ndeso" Kata Zohir.
"mendingan Ndeso dari pada wajah gunung merapi, memangnya ceritanya bagaimana?" Kata Uki.
"Nama Pontianakini itu dipercaya ada kaitannya dengan kisah Syarif Abdurrahman yang sering diganggu oleh hantu Kuntilanak ketika beliau menyusuri Sungai Kapuas. Menurut ceritanya, Syarif Abdurrahman terpaksa melepaskan tembakan meriam untuk mengusir hantu itu sekaligus menandakan di mana meriam itu jatuh, maka di sanalah wilayah kesultanannya didirikan. Peluru meriam itu jatuh di dekat persimpang Sungai Kapuas dan Sungai Landak, dan di sanalah kerajaan itu berdiri sampai sekarang" Kata Zohir.
"Panjang banget Hir, dapat referensi dari mana"
"Hehehe.. dari Wikipedia tadi siang"
"Tumben ya bisa hapal gitu"
"Aku sudah mempersiapkan kalau-kalau kamu bertanya, masa kalah terus" Jawab Zohir jujur.
"Huh... aku cuma ngetes doang Hir, mengenai sejarah Pontianak, sudah lama kali aku tahu" 
"Ya ilah... ngaku aja pada kekalahan Ki" Kata Zohir.
"Suer Hir, aku punya sejarahnya lebih lengkap dari pada kamu" Kata Uki. "Bukan hanya itu, asal usul kalimantan aja aku tahu" Tambahnya.
"Huh.. Songong.." 
"Mau dengar ceritanya gak?" Kata Uki.
"Aku yakin cerita kamu pasti gak bisa dipertanggung jawabkan"
"Tanggung jawab langit dan bumi Hir, bahkan kuntilanaknya juga ikutan menanggung" Kata Uki.
"Bagaimana coba ceritanya" Tanya Zohir, seperti biasa.. penasarannya mulai muncul, dan itulah yang disukai Uki.
"Begini Hir, Dulu kala, seminggu sebelum datuk Syarif Abdullrahman diganggu Kuntilanak, Ada wanita hamil yang ditinggalkan suaminya, kehamilan yang pertama, dan hamilnya belum terlalu tua, bisa dibilang lima atau enam bulananlah, karena putus asa dan sakit hati sama suaminya yang pergi, si wanita hamil ini pergi ke hutan, sesampainya di hutan, wanita itu mulai merasakan sakit diperutnya, kecapean dan perasaan stres membuatnya harus melahirkan prematur, dalam kesendirian dan penderitaan, pikirannya mulai tidak waras, berada antara hidup dan mati,  saat anaknya benar-benar lahir, dia memakannya.. sejak saat itu ia di sebut hantu kuntilanak" Kata Uki, menghentikan ceritanya.
"Koq aku belum pernah dengar ceritanya ya?, kamu ngarang kali" 
"Benaran Hir, aku kan selalu satu langkah lebih dulu dari kamu, dan kamu tahu siapa lelaki yang meninggalkan wanita itu?" Kata Uki.
"Gak tuh, emang gue pikirin, orang seperti itu memang gak pantas masuk dalam sejarah"
"Memang, tapi aku heran, masa kamu gak kenal, diakan Kakek moyang kamu Hir" Kata Uki Ngakak.
"Sialan, kualat lho menjelekkan nenek moyang aku" Kata Zohir, Uki masih ngakak. 
Dentuman meriam kembali menggema, kali ini lima kali berturut-turut, Pasya Ungu dan The Virgin akhirnya mulai tampil bergantian, sorak soray penonton membuat Uki merasa mual.
Akhirnya Uki dan Zohir memutuskan untuk jalan-jalan ketepian kapuas saja, sekalian mencari Susi, mereka udah janjian untuk ketemu di tepi kapuas samping jembatan penyebrangan.
Langit Kota Pontianak malam itu benar-benar meriah, warna-warni kembang api mulai berhamburan, Uki menatap jauh ke arah Sebrang sungan Kapuas, Istana kesultanan terlalu jauh untuk dilihat.. 
"Selamat Ulang Tahun Kotaku" Kata Uki berteriak.
Orang-orang yang ada disekitar situ serempak memandang Uki..
"Selamat Ulang tahun Kotaku!!!!!!!!" Uki kembali berteriak, kali ini Zohir juga mengikuti..

dari satu dua orang yang ikut berteriak, kini tempat itu jadi riuh dengan ucapan Selamat Ulang Tahun....

**

Jauh di tengah-tengah Sungai Kapuas, berdiri Sosok putih misterius  berambut panjang, hampir semua orang tidak menyadari keberadaannya, sosok putih itu tersenyum, perlahan memudar..
Badan Uki merinding, langsung mengajar Sobatnya pulang...

Monday, October 22, 2012

Lelaki yang Mengejar Hujan

Awan hitam beranjak menuju selatan, meninggalkan langit Pontianak, Kota Khatulistiwa, "Hujan" menjadi tujuan terakhir dari adanya awan hitam. 
Seorang lelaki tercenung menatap jalanan panjang, dia tidak terlalu tua, tiga puluh limaan mungkin, dari bentuk wajahnya, jelas sekali di masa remajanya, banyak wanita yang akan jatuh cinta begitu melihatnya.
Lelaki itu akhirnya berjalan, mengayunkan langkahnya dengan senandung-senandung ria tentang hutan, di mana ada hujan, di situ ada kebahagiaan, itulah prinsipnya, jadi kemanapun langit hitam membawa hujan, ke sanalah laki-laki itu pergi, kadang ia berteduh di bawah pohon sambil menadahkan tangan menikmati tetesan demi tetesan air hujan, kadang ia di bawah jembatan, tapi tidak jarang ia malah sengaja membiarkan tubuhnya diguyur hujan.
Tapi hampir dua minggu ini Hujan tidak lagi turun.. awan hitam yang datang selalu tersapu orang angin sebelum benar-benar meneteskan air, lelaki itu mulai resah..
"Hujan Cinta Ku, kemana kah dirimu beberapa hari ini, aku merindukanmu" Kata Lelaki itu, terduduk di samping dermaga, menatap langit senja yang mulai gelap,  malam segera menjelang.
 Angin berhemus perlahan, cukup untuk memainkan rambut lelaki itu yang mulai memanjang kusut, pakaiannya tidak terlalu jelek, tapi jelas sekali sudah berhari-hari tidak di cuci, ia hanya menunggu hujan datang mencuci tubuh sekaligus bajunya.
Parahu-parahu datang dan pergi silih berganti, kerlam-kerlim lampunya cukup menerangi suangi kapus di malam itu.
"Haruskah aku mengejarmu menggunakan perahu-perahu itu? aku tidak sanggup, sungguh..  tidakkah kau lihat aku tidak memiliki apa-apa lagi untuk dijadikan bekal" Kata lelaki itu.
Bisik-bisik orang di dermaga itu mulai terdengar..
"orang gila" Kata salah seorang,
"bukan, dia hanya stres" Kata yang lain.
"Mm... lihatlah, mereka mengatakan aku gila, seperti orang-orang yang ku temui sebelumnya" Kata lelaki itu.
Dia hendak pergi meninggalkan tempat itu saat sebuah batu mengenai punggungnya, ia hanya tersenyum, menatap bocah polos di bawah pohon kelapa yang baru tumbuh beberapa tahun yang lalu, senyumnya penuh dengan kerinduan, bocah itu melotot.
"Lihat, Dia seperti Dirta, anakku yang mati beberapa bulan lalu" Kata Lelaki itu.
Hidup itu keras, mungkin benar seperti yang dikatakan sebuah lagu, "Yang kuat bertahan, yang lemah berantakkan".
tapi cobalah untuk bertanya bagaimana orang yang sebelumnya kuat, justru jadi berantakan, Siapapun yang pernah mengalaminya akan mengerti, apa rasanya derita kehilangan.
Lelaki itu berjalan, menyusuri gelapnya malam, masih mencari-cari hujan, dan kembali terduduk di dekat jembatan Kapuas.
"Kau masih mengejar hujan" Kata suara seorang wanita.
"Ah.. kau lagi, mengapa mengikutiku"
"Hm.. kau mengenalku, bukankah kita tidak pernah bertemu?"
"Benarkah? lalu siapa yang datang merayuku Jum'at malam kemarin" Kata Lelaki itu.
Wanita itu tersenyum, "Mungkin bayanganku, karena aku belum mengenalmu"
Lelaki itu tertegun, memperhatikan raut wajah wanita cantik yang kini tersenyum di hadapannya.
"Bolehkan aku bertanya?"
"Apa kau yakin aku bisa menjawabnya?" Lelaki itu balik bertanya, si wanita tertawa renyah..
"Mm.. karena tidak ada lelaki lain yang mengejar hujan sepertimu, jadi mengapa kau terus melakukan itu?"
"Tidaklah kau lihat semua orang telah pergi meninggalkanku, kedua anakku mati, istriku juga ikut meregang nyawa, aku hanya memiliki hujan, tapi kini hujan juga pergi meninggalkanku" Jawab Lelaki itu tertunduk sedih, namun tidak ada air mata.
"Bahkan semua orang mengatakan aku gila" Tambahnya.
"Tapi aku tidak, bahkan aku tidak akan meninggalkanmu" Kata wanita itu.
"Berarti kau orang gila itu"
"Apa  bedanya gila dengan tidak gila, waras dengan tidak waras, bagaimana kita membuktikan bahwa aku, kau bahkan orang-orang itu tidak gila?
"Kau benar, kita adalah sekumpulan orang gila, ada orang gila yang serakah, ada juga yang polos, orang gila yang serakah sedang berebut kursi di gedung-gedung tinggi itu, sedangkan orang gila yang polos, asik merintih di gubuk reot pojok kota"
"Hahaha... bisakah sejenak saja kita melupakan kegilaan, kita hanya berdua menikmati gelapnya malam, agar nyamuk-nyamuk itu iri" Kata wanita itu menyandarkan kepanya ke bahu si lelaki.
"Kau yakin? aku tidak memiliki apa-apa lagi untuk diberikan"
"dan aku tidak menginginkan apapun darimu selain ini" Jawab si wanita menunjuk dada si lelaki.
mata mereka bertemu, untuk sejenak si lelaki melupakan kerinduannya kepada hujan, wajah yang hanya beberapa senti saja dari wajahnya seakan menjanjikan kebahagiaan,
"Kau  berjanji tidak akan pergi?"
"Mm.. Aku berjanji" Jawab wanita itu.
Bibir mereka bertemu, membangkitkan birahi malam, angin yang berhembus mulai gelisah, lenguhan demi lenguhan mulai terdengar.. Biarlah malam itu milik mereka berdua, hingga salah satu dari mereka terkapar, atau keduanya  menikmati puncak kegilaan..
**
Pagi sekali, beberapa menit setelah ayam di pinggiran kota berkokok, warga di pinggiran sungai kapuas dikejutkan oleh ditemukannya sosok mayat laki-laki mengambang di tepi sungai kapuas..
"Itu orang gila kemarin"
"Pasti ia bunuh diri"
"Mungkin terpeleset"
"Biarin saja ah, dia cuma orang gila"
Dan hujanpun turun malu-malu, mengguyur kota Khatulistiwa, membalas sapa kerinduan jiwa lelaki yang tinggal jasad mengambang itu....

Friday, October 19, 2012

Mahasiswa Anti Demo

Dia bukanlah mahasiswa bodoh, tapi bukan juga mahasiswa berprestasi, dia bukan pembuat onar, juga bukan mahasiswa yang taat aturan, Dia bukanlah bintang kampus yang  banyak digemari oleh banyak cewek, dia lebih terlihat seperti gelandangan kampus dengan kais oblong, sendal jepit dan tas abu-abu dekil, dia tidak jelek, hanya saja kurang cakep. Dia adalah mahasiswa rata-rata yang mungkin sama dengan kalian, Meskipun demikian, dia selalu merasa bahwa dia adalah mahasiswa cerdas dengan segudang ide yang belum tertulisakan ataupun tersampaikan, Dia adalah Uki.
Lihat saja, saat temen-temennya berburu waktu dengan dosen masuk kelas, dia masih nangkring di atas motor Vixion diparkiran, entah punya siapa tuh motor, dia cuma numpang ngaca, menyingkirkan belek di matanya, juga tai gajah di hidungnya.
"Cepetan Ki, udah masuk kayanya tuh" Kata Zohir, sohibnya. 
Tentang Zohir, ciri-cirinya tidak terlalu jelas, mungkin rambut keriting, sedikit hitam, dan tai lalat di keningnya itu saja yang mencolok pada Zohir, urusan cakep, jelas dia di bawah Uki.
"Sabar Hir, orang sabar itu di sayang Tuhan" Jawab Uki, melompat dari atas motor.
mereka berdua akhirnya meninggalkan parkiran, menuju kelas yang sepertinya sudah penuh.
"Tuhkan, belum ada dosen" Kata Uki membuang tasnya di bangku paling sudut kanan.
"Zohir terlihat tidak peduli, dia lebih sibuk membagikan tugas punya temen-temennya yang dikebut tadi malam, masuk kelas cuma bisnis tugas.
"Bubar aja deh, udah lima belas menit nih Pak Amin telat" Teriak Uki, yang lain masih sibuk ngerumpi, apalagi anak-anak cewek.
"Tunggu lima menit lagi" Kata Ari, ketua Kelas.
Uki menarik nafas dalam, mengambil tasnya, hendak keluar.
"Mau kemana Ki?" Kata Memey, cewek cantik berjilbab, masih ada keturunan Tionghoa dari kakek buyutnya, makanya matanya agak sipit.
"Pak Amin pasti gak masuk Mey, mending keluar aja yu'" Kata Uki.
"Mmm.. Yu' lah" Jawab Memey tak terduga, Uki mendelik, Jarang-jarang Memey setuju dengan ajakan Uki.
"Hir aku duluan ya" Teriak Uki.
"Mau kemana emang?" Kata Zohir.
"Keluarlah, sumpeg di kelas mulu, ntar ketemu dikantin ya" Kata Uki.
"Ok deh" Jawab Zohir, dia masih terlihat sibuk.
Uki dan Memey berjalan keluar, meninggalkan suasana ribuk kelas, biasanya Uki cuma luntang-lantung keliling kampus, berujung di kantin, tapi sekarang, bingung juga mau kemana, apalagi ada Memey.
"Mau kemana kita?" Kata Memey.
"Gak tahu, kemana ya?" Jawab Uki nyengir. "Lagian tumben-tumbennya kamu mau keluar" Tambahnya.
"Bosen juga nunggu dosen, dan kayanya sih memang gak masuk tuh" Jawab Memey.
"Hehehe, kamu gak ngapa-ngapa nih jalan sama Aku" Kata Uki.
"Kenapa emang?" Tanya Memey.
"Ya.. siapa tahu aja ada yang marah" Kata Uki.
"Mm.. gak mungkinlah ada yang marah, kecuali kalau Bapakku liat, tapi gak mungkinkan jam segini Bapak ada di kampus" Kata Memey. Uki malah terkekeh.
Akhirnya Uki dan Memey berhenti di taman dekat pohon, tapi tidak di bawahnya, soalnya di sana sudah ramai para mahasiswa yang lain, sedang mengadakan acara bedah buku, sedangkan dibeberapa pendopo, banyak kumpulan mahasiswa melakukan kajian, di sanalah kumpulan mahasiswa-mahasiswa teladan.
"Oia, koq tumben gak mengikuti kajian?" Kata Uki.
"Lagi libur, besok mulai lagi" Jawab Memey, Uki tahu kalau Memey itu aktif di salah satu organisasi kampus.
"Oh.. ada liburnya juga ya?" Kata Uki lagi-lagi nyengir, rasanya hari ini ada yang aneh, mimpi apa semalam ya, bisa jalan bareng sama Memey. batinnya.
"Mm.. ia, soalnya hari ini kami dari organisasi mau mengadakan Demo" jawab Memey. Uki langsung mengerutkan kening.
"Demo apa lagi, bukannya minggu-minggu kemarin udah demo juga?" Tanya Uki.
"Hm.. soalnya liat aja, hukum Indonesia akhir-akhir ini makin semrawutan, korupsi makin meraja lela, demo nanti siang rencana mau dukung KPK, sepertinya benar sedang terjadi kriminalisasi oleh pihak-pihak tertentu terhadap KPK" Jawab Memey, Uki ngangguk-angguk.
"Ia sih, kadang kala geram sendiri lihat pemerintahan kita ini, mau di bawa kemana bangsa ini kalau kaya begini terus" Kata Uki.
"kalau begitu ikutan kita Yu" Kata Memey Semangat.
"Oh.. maaf, saya paling anti soal Demo" Jawab Uki.
"Kenapa? Takut ya?" Kata Memey menusuk.
"Bukan soal takut Mey, tapi prinsip" Jawab Uki.
 "Jujur aja deh Ki, banyak koq mahasiswa pengecuk, yang hanya datang, duduk, dengar, diam, nilai.. Mahasiswa itu harus lebih peduli, baik terhadap bangsa, pemerintah dan masyarakat, mahasiswa harus benar-benar berperan, kenalkan dengan nama Soe Hok Gie? perubahan itu tidak akan datang tanpa ada perjuangan" Kata Memey, semangatnya benar-benar menggebu.
"Ya, mungkin benar, tapi terkadang demo itu tidak ada manfaatnya, apalagi hanya membuat macet, menyusahkan masyarakat juga ujung-ujungnya, sementara pemerintah, tetap aja tutup telinga,  Kamu tahu siapa orang-orang yang duduk dipemerintahan saat ini, yang menjadi dewan saat ini, yang banyak kena kasus korupsi, mereka adalah Mahasiswa Pendemo di Era Orde Baru, dengan teriakan-teriakan Reformasi, sama seperti kita saat ini, lantas, saat mereka turun kelak dan kita gantikan, bisa menjaminkah untuk tidak korupsi? banyak cara yang lebih baik selain berteriak-teriak di tengah jalan yang hanya menyebabkan kemacetan, apalagi bentrok dengan aparat" Kata Uki. Memey tertiam sesaat.
"Tapi bagaimanapun juga tidak ada perubahan tanpa ada tindakan" 
"Betul, tapi tindakan demo bukan satu-satunya jalan, coba keluarkan Ide baru, misalkan seluruh mahasiswa membuat surat untuk para pejabat, dari Dewan, sampai presiden, jaman semakin canggih, sedangkan Demo adalah tindakan yang masih primitif" Kata Uki.
"Ternyata kita gak sepaham" Kata Memey.
"Ya, itulah mengapa aku keluar masuk organisasi, dan akhirnya memutuskan menjadi orang bebas" Jawab Uki.
"Ya udah, aku gak ada waktu orang pengecut seperti kamu" Kata Memey hendak pergi.
"Silahkan.. semoga sukses" Kata Uki, perasaannya jadi semakin dongkol.
"Ki lagi ngapain, koq Memey kaya lagi marah" Kata Zohir.
"Ya, biasalah gaya orang cantik" Kata Uki sengaja di dengan suara nyaring.
"Kanting yu'" kata Uki lagi.
"Tadi aku dari kantin, males balik lagi" Jawab Zohir.
"Ya.. temenin dong Hir, laper nih" Kata Uki.
"Siapa suruh, tadi bilang ketemu dikantin, eh.. malah gak ada" Kata Zohir.
"Ya udah, mana duit proyek kita?" Kata Uki.
Zohir narik nafas, membuka dompetnya, sesuai perjanjian, uang kumpulan tugas itu dibagi dua, lumayan untuk menyambung hidup beberapa hari kedepan.
"Pulang aja yu'" Kata Uki.
"lho, bukannya masih ada satu mata kuliah lagi?" Kata Zohir.
"Males mau masuk hari ini" Kata Uki.
"Ya udah, terserah, yang rugi juga kamu, aku sih masih cuti" Jawab Zohir.
Dua makhluk itu akhirnya memutuskan untuk pulang,  menyusuri jalanan kota Pontianak, mencoba lebih akrab dengan debu-debu jalanan. 



Sunday, October 14, 2012

Cerpen gak Pake Judul

Sebagian dari kalian mungkin akan berpikir ulang untuk meninggalkan kelas, apalagi bolos di jam-jam mata kuliah yang menurut kalian sangat penting untuk menunjang nilai di akhir semester kelak, tapi bagi Uki, hal seperti itu sudah biasa, Kartu Hadir Kuliah (KHK) nya aja ada yang masih bersih, tambal sulam, paling nebeng di kelas sebelah memburu tanda tangan begitu mendekati ujian kelak, maklum syarat ujian itu minimal 75% kehadiran di kampus.
Uki semakin tidak bergairah berada di kelas, debat-debat monoton yang membahas makalah-makalah jiplakan dari internet, dan buih-buih yang keluar dari mulut dosen, kalau Uki sesekali bicara, pasti kontroversial, berujung tersudutkan sendiri.
"Kamu yakin mau masuk kelas, buat apa coba Hir, kamukan udah Cuti" Kata Uki, begitu melihat Zohir, sobatnya semangat pengen masuk kelas.
"Cuti itu statusnya doang ki, yang penting ilmunya" Kata Zohir berbinar.
"Alah.. paling-paling kamu cuma kangen ngecengen cewek doang" Kata Uki.
"Hehehe, tahu aja" Jawab Zohir.
Uki terkadang prihatin juga melihat sobatnya, terpaksa cuti kuliah lantaran gak ada biaya untuk daftar Ulang, Emaknya di kampung sudah tidak sanggup lagi membiayai kuliahnya.
"Ya udah deh, cabut yu" Kata Uki.
"Jalan kaki lagi nih?" Kata Susi nyembul di balik pintu kamar.
"Jelas donk, jalan kaki sudah diproklamirkan, dan harus menjadi landasan" Kata Uki Jumawa.
"Mudahan selamet sampai tujuan ya.. dan gak telat" Kata Susi.
"Kamu gak ikutan sama kita" Kata Zohir.
"Gak, duluan aja, ntar juga kesusul" Kata Susi sinis.
Akhirnya kedua sahabat itu berjalan meninggalkan kost, motornya dibiarkan parkir di sudut garasi penuh debu, tadinya Uki berniat mau menjual motornya, untuk membantu Zohir, tapi setelah pikir ulang, sayang juga tuh motor warisan, Zohir juga terlihat bahagia dengan keputusan cutinya.
"Ki, Hir.. Yu' tanjal" Kata Si kenceng, temen sekampusnya, menghentikan motornya beberapa meter di depan Uki dan Zohir.
"Duluan aja Ceng, kita jalan aja" Kata Uki, Kenceng hanya menaikkan kedua alisnya, kemudian langsung cabut lagi.
"Pura-pura baik tuh, si Kenceng Dodol Garut" Kata Zohir.
"Jangan Suudzon Hir" Kata Uki. Zohir mengernyitkan kening, kemudian tetap berjalan tanpa bicara lagi.
"Nyampai kampus, badan berkeringat, siap untuk menerima pelajaran" Kata Zohir begitu sampai di tangga kampus, seperti biasa, mereka terlambat 10 menit.
UKi dan Zohir masuk tanpa mengetuk pintu, kebiasaan buruk yang sudah lama dipertahankan.
"Kalian Mahasiswa di kelas ini?" Kata Ibu Zulzulia, mendelikkan mata begitu Uki dan Zohir masuk.
"Ia bu, sudah lupa ya?" Kata Uki.
"Bukan lupa, tapi tidak kenal sama muka-muka mahasiswa yang sering terlambat" Kata Ibu Zulzulia membentak.
"Biasa aja kali Bu, ini belum nyampai lima belas menit, Ibu juga kalau terlambat masuk, gak pernah tuh di antara kami ada yang protes" Kata Uki, langsung duduk, Zohir masih bengong, kemudian ikutan duduk. Ibu Zulzulia itu terlihat semakih marah, tapi apa boleh buat, dia juga sering terlambat masuk kelas, mungkin itulah yang membuatnya mengalah hari ini.
Setelah kedatangan Uki, suasana kelas jadi agak sedikit berbeda, suara Ibu Zulzulia jadi tidak sesemangat tadi, perkuliahan ditutup dengan pemberian tugas setumpuk, begitulah cara dosen menyiksa mahasiswa begitu ia merasa tidak suka dengan kelas itu.
"Ki, kalau kamu gak suka mata kuliah ini, dan daripada datang terlambat terus, mendingan gak usah masuk aja deh" Kata Melkisari.
"Kenapa emang?" Kata Uki polos.
"Kamu gak lihat, Ibu tadi cuma ngajar gak nyampai satu jam, dan jadi korbannya kita-kita nih dengan segudang tugas" Kata Melki.
"Ia tuh" Kata Kenceng.
"Tenang-tenang, urusan tugas, serahkan saja kepada kami, pasti beres, asal fulusnya memadai" Kata Zohir.
"Alaah.. kamu Hir, jangan sok-sokan, kamu udah gak terdaftar di kelas ini" Kata Tina. nadanya benar-benar menusuk, tapi Zohir seperti biasa, hanya nyengir.
"Memangnya salah ya orang cuti kuliah terus tetap masuk? kalian rugi gitu? gak kan? enjoy ajalah.. aku aja yang gak merasa rugi tetap masuk kuliah walau gak diakui" Kata Zohir.
"Kaluar aja yuk Hir, cari udara segar, di sini panas" Kata Uki.
"Eeh.. jangan dulu kabur, bagaimana nih dengan tugas-tugasnya?" Kata Alang.
"Terserah deh, kalau kalian mau, siapkan uang dan kami kerjakan, dijamin beres semua" Kata Uki.
Kelas kembali riuh, awalnya hanya tiga orang yang menyerahkan tugasnya kepada Uki dan Zohir, tapi akhirnya hampir separo dari kelas itu angkat tangan, Mahasiswa zaman sekarang lebih baik mengeluarkan uang yang tidak seberapa daripada harus bersusah payah mengerjakan tugas, dan di kelas itu, Uki dan Zohir sudah biasa menampung tugas teman-temannya, lumayanlah cari penghasilan di kelas.
"Hahaha.. strategi kita lumayan berhasil" Kata Zohir.
"Ya ialah, kapan lagi kita punya proyek begini, ingat waktunya cuma tiga hari Hir" Kata Uki, keduanya langsung meninggalkan kampus, bersiap menuju warnet, cari bahan, dan edit di kost menggunakan lappinya Uki.
25 mahasiswa, berarti 25 makalah, satu makalah dihitung 30 ribu aja udah lumayan, modal paling cuma prinan gak nyampai 10 ribu. Jadi mahasiswa kreativ itu mudah, selalu ada jalan, merugikan temen dikit, ya gak apa-apalah.. :D

** Dua hari kemudian.. 

"Huh.. selesai juga,  tinggal prin nih Hir" Kata Uki.
"Akhirnya malam ini kita bisa tenang" Kata Zohir tiduran di pojokan kos.
"Kapan ya kita bisa patungan beli printer, jadi gak perlu prin ke rental2 lagi" Kata Uki.
"Bulan depan deh, kita patuangan" Kata Zohir.
Sorenya, Uki dan Zohir pergi menuju rental komputer terdekat, hanya untuk numpang ngeprin.
"Plesdisnya gak bisa dibuka nih Ki" Kata Desi, penjaga rental.
"Masa sih, barusan di buka di laptop bisa koq" Kata Uki.
"Ini gak bisa, muncul perintah format terus" Kata Desi. 
"Waduh bagaimana Ki, tadi datanya kamu simpan di laptop gak?"
"Gak Hir, tadi langsung ku simpan di plesdis"
"Kayanya ini rusak kena virus, jadi harus di format ulang" Kata Desi.
"Jadi datanya bagaimana?" Kata Uki.
"Datanya hilanglah" Kata Desi.
"Yah... malam ini kita belum bisa tenang Hir" Kata Uki memelas.
"Aku gak sanggup ngerjakannya lagi Ki" Jawab Zohir hampir nangis..

Wednesday, October 3, 2012

Janggut Bertuah

Uki menghelus-helus janggutnya yang hanya beberapa helai, sambil menyaksikan hilir mudik mobil dan motor di pinggiran jalan, menikmati minuman favoritnya.. Es tebu. 
Zohir meraba-raba hampir semua saku celananya, mencari recehan yang terselip di sana, mau buka dompet, masih terlalu dini untuk dihabiskan, seminggu sudah berlalu sejak dua makhluk ini mendeklarasikan diri untuk kekampus jalan kaki, tanpa motor atau angkot, di samping penghematan, jalan kaki juga bisa menjadikan tubuh sehat, mengurangi kepadatan lalu lintas dan polusi, cukup mulia juga tuh cita-cita mereka berdua.
"Ternyata cukup menyenangkan ya, jalan kaki" Kata Zohir.
"Apa ku bilang Hir? hemat, sehat, menyenangkan" Kata Uki.
"Alahh.. bilang aja, kalau kalian ini mulai kere" Kata  Mang Edo si Penjual Es tebu.
"Nah itu dia mang, jadi wajarkan kalau hari ini minuman ini gratis" Kata Uki tak tahu malu.
"Gratis, asal kalian mau pulang telanjang" Jawab si Mamang sewot, Uki malah terkekeh.
Uki merampas bungkus rokok yang di pegang Zohir, namun secepat kilat ia membuangnya, tidak ada satu batangpun di sana, Zohir ngakak. Mang Edo geleng-geleng kepala.
"Eh.. Hir, liat deh, ada anak SD juga jalan kaki, sendirian lagi, ini baru anak masa depan yang mandiri" Kata Uki menghentikan tawa Zohir.
"Ia ya.. tapi kasian Ki" Kata Zohir.
"Dik, sini sebentar" Kata Uki teriak sambil melambaikan tangan, bocah kecil itu berhenti, menatap curiga, tapi kemudian berjalan mendekat begitu Uki mengacungkan gelas, Panas teriknya kota Pontianak membuat hampir setiap orang menyerah pada yang namanya Es.
"Pulang kemana Dik?" Kata Uki.
"Manggil kesini mau ngasih Es tebu atau wawancara" Kata Bocah itu, Uki mengernyitkan kening, Zohir menahan senyum, anak-anak SD sekarang masih kecil juga udah bawel, pikir Uki.
Mang Edo ragu-ragu begitu Uki memesan satu gelas Es lagi, tapi keraguannya hilang begitu Uki menyerahkan uang sepuluh ribu tanpa kembalian.
Bocah kecil itu langsung meminum habis segelas es tebu begitu di sodorkan.
"Aku pulang ke Imbon, gak ada yang antar jemput, di sekolah aku baru kelas tiga SD, oia namaku Iko" Kata Bocah itu tanpa di tanya, Uki dan Zohir bengong, giliran mang edo yang terkekeh.
"Busyet dah nih bocah, kita belum nanya sampai di situ" Kata Zohir.
"Biasanya juga orang kalau nanya yang itu-itu terus, makanya aku jawab sebelum ditanya" Kata Iko si Bocah SD.
Cerdas juga nih bocah, pikir Uki. kagum sendiri.
"Karena kita pulang searah, kita pulang sama-sama ya" Kata Uki.
"Kakak-kakak ini gak akan nyulik aku kan? soalnya percuma, gak bakalan ada uang tebusan" Kata Iko.
"Eh... cah, siapa yang mau nyulik, gak butuh tahu" Kata Zohir galak, berharap bocah itu ciut.
 "Siapa tahu aja, zaman sekarang, kata mama ku, penculik berkeliaran" Jawab Iko dengan gaya sok dewasa.
Zohir geram ingin sekali ia menjitak kepala bocah itu, tapi Uki mencegahnya.
"Ingat Hir, dia cuma bocah, malu tahu" Bisik Uki.
Akhirnya Uki dan Zohir kembali melanjutkan perjalanan, mengikuti arah langkah bocah itu, sekalian menikmati udara kebebasan, bercampur dengan polusi jalanan, realita hidup jauh lebih menyenangkan jika mau menyempatkan diri berjalan seperti mereka, betul gak?
"Eh.. Kak, dari tadi elus-elus janggut terus, apa bagusnya sih punya janggut" Kata Iko.
"Hehe.. ini namanya Janggut keberuntungan" Jawab Uki, niatnya biar bocah itu gak ngeledek.
"Emang ada, janggut keberuntungan?" Tanya Iko.
"Ada donk, buktinya ini, berkat janggut ini, Hidup kakak jauh lebih beruntung dari sebelum punya janggut, makanya janggut kakak ini sebenarnya Janggut bertuah" Kata Uki, anak kecil biasanya mudah di boongin, pikirnya dalam hati.
Iko terlihat mikir, kemudian ngangguk-angguk, Uki tersenyum puas, Zohir mencibir.
"Berarti, selama ada janggut itu, kakak aman terus donk" Kata Iko.
"Yap, aman dan merasa tenang" Kata Uki, kembali mengelus janggutnya. Bocah itu kembali mengangguk-ngangguk.
Bocah itu menuntun Uki dan Zohir berjalan melewati gang-gang sempit dan sepi, lebih teduh memang, polusi juga berkurang, kata Iko, jalan itu adalah jalan pintas, Uki dan Zohir ngikut aja, sekalian niatnya juga mau nolong, kasian bocah kecil berjalan sendirian, lumayan jauh lagi.
Sampai lah mereka di gang yang paling sempit, motor satu juga belum tentu bisa lewat, gang itu di apit oleh dua buah dinding pagar yang memisahkan dua ruko panjang dan lebar, ada tiga anak muda sedang nongkrong di sana.
"Eh.. Bocah.. masih berani juga loe lewat sini" Kata salah satu anak muda itu, usia mereka kira-kira seumuran dengan Uki dan Zohir, tapi badannya jauh lebih kekar, wajahnya kereng.
"Pake bawa-bawa cecunguk lagi" Kata anak muda yang satunya.
"Hir, wajah siapa ya yang mirip cecunguk" Kata Uki. Emosinya mulai melambung. 
"Heh, bocah, ngapain kita lewat sini, kalau udah tahu gak aman" Kata Zohir melotot.
"Lho, bukannya kita aman, kan ada janggut bertuah?" Kata Iko. Uki menepuk jidatnya.
"Hey Bro, kita cuma mau lewat, bukan cari masalah" Kata Uki, mencoba santai.
"Apa katanya?? mau lewat?? hahahaha" Ketiga pemuda itu malah terbahak.
"Seratus Ribu, dan loe bertiga aman" Kata pemuda itu.
"Ini nih yang aku gak suka, kita sama-sama muda bro, sama-sama susah cari duit, jadi gak semestinya saling rampas, kalau aku punya satu miliar sih, seratus juta juga mungkin kalian ku bagi" Kata Uki.
"Eh... kampret, siapa yang nyuruh lo ceramah, seratus ribu, kalian aman, bereskan, hahaha..." Kata Pemuda itu.
"Eh... yang pantas di bilang Kampret tu, orang seperti kalian" Kata Zohir, dia juga mulai panas.
"Kalian sekarang gak bakalan menang, soalnya Kakak ini punya janggut bertuah" Kata Iko.
"Hahahaha.. dasar bocah, percaya aja sama yang kaya begituan" Kata pemuda itu.
"Kita gak punya banyak waktu, saatnya cabut" Kata Uki hendak berbalik, saat ketiga anak muda itu maju serempak.
"Cepat pergi bocah" Kata Zohir menarik tangan Iko yang masih berdiri mematung.
"Ternyata kalian berdua ini sama-sama pengecut, mana bukti janggut bertuahnya" Kata Iko. masih tak mau lari.
Uki dan Zohir akhirnya tak punya pilihan, lari juga sudah tanggung, saat ketiga pemuda itu semakin dekat, mungkin inilah saatnya bertarung, pikir Uki.
Perkelahian itu tidak bisa dihindari lagi, Uki dan Zohir berusama memukul, menyekik, mencakar, atau apa saja yang bisa dilakukan tangan dan kaki, walau kalah jumlah, tapi tidak menutup kemungkinan untuk bisa menyerang, sayangnya perkelahian itu tidak berlangsung lama, Iko datang dengan beberapa warga setempat, tiga pemuda itu langsung melarikan diri.
"Janggut bertuahnya tidak ampuh ya Ka? buktinya masih luka-luka tuh" Kata Iko begitu Uki dan Zohir terduduk bersandar di dinding, wajahnya memar, tangan kiri Uki terkena sabetan pisau.
Zohir lebih beruntung, cuma bajunya aja yang koyak.
"Iya, janggut bertuah ini kehilangan kesaktiannya gara-gara bertemu sama kamu" Jawab Uki kesal.
Uki dan Zohir meninggalkan tempat itu dengan berbagai kekesalan, kesal karena bocah itu, kesal karena preman preman itu, namun yang paling membuat Uki kesal adalah Janggutnya hilang beberapa helai.

**_**