Monday, September 24, 2012

Durian Jatuh

Dua hari sudah Uki berada di perkampungan nun jauh di mato, perdalaman kabupaten Bengkayang, jalan tikus dan belum masuk listrik tentunya, hutan dan alang-alang memenuhi sekitar perkampungan itu. Mak Zohir datang tergopoh membawa secangkir teh Panas.
"Gak usah repot-repot Mak" Kata Uki sambil menguap ngantuk.
"Punyaku mana Mak, koq cuma satu?" Kata Zohir datang dari arah samping rumah.
"Noh masih didapur, buat sendiri" Jawab mak Zohir memonyongkan bibirnya.
"Ya Emak, sama anak sendiri juga perhitungan, orang lain aja dibuatkan" Kata Zohir cemberut, Uki terkekeh melihat tingkah anak dan Emak itu.
"Tamu itu harus dimuliakan, kalau anak sendiri mah, Manja kalau dibuatkan" Kata Mak Zohir langsung ngeloyor pergi, menuju warung".
"udah.. nih stik-stik aja, kan biasanya juga gitu kalau di kos" Kata Uki, "Eh rokoknya keluarin donk" Tambahnya.
Zohir mengelurkan sebungkus rokok warna biru kehijauan.
"Ya.. Hir koq rokok begituan lagi" Kata Uki.
"Di kampung jangan disamain dengan di kota donk, rokok inilah yang paling populer di sini" Kata Zohir, "Kalau gak mau ya udah" Tambahnya. Uki langsung nyerobot, daripada gak merokok, gak apa-apa deh rokok kretek murahan pun jadi.
Zohir adalah anak semata wayang, bapaknya sudah meninggal tiga tahun yang lalu, jadi rumah itu cukup sepi, hanya ada Zohir dan Emaknya.
Di antara sekian banyak perkampungan yang terjajah ladang sawit dari perusahaan-perusahaan luar negeri, hanya perkampungan Zohir yang masih selamat, hutannya masih lebat, dan yang paling menarik adalah hutan pohon durian, kata Zohir hutan durian itu milik nenek moyang orang-orang di sana, gak tahu siapa yang nanam, usianya aja udah ratusan tahun, itulah yang membuat Uki betah lama-lama di kampung Zohir, setidaknya bisa makan durian gratis.
"Busyet, ini hutan atau perkampungan Hir" Kata Uki begitu memasuki Tembawang (Sebutan hutan durian), di sana ada berpuluh-puluh warung, dilengkapi dengan cewek2 cantik penjaganya.
"Beginilah kalau musim durian datang, hutan yang sebelumnya angker, jadi rame" Jawab Zohir.
Uki terpaku melihat Pohon-pohon durian yang ukurannya sebesar badan gajah, ratusan bahkan mungkin ribuah durian bergelantungan di atasnya, anak-anak kecil tanpa baju, bahkan seragam putih merah juga lengkap di sana, anak-anak yang sengaja bolos sekolah hanya karena musim durian, semuanya asik menunggu angin di bawah pohon durian.
"Ini bebas Hir, kalau ada durian jatuh, kita rebutan?" Kata Uki ingin meyakinkan.
"Ia, asal bisa berebut aja dengan anak-anak" Jawab Zohir.
"Hm.. aku kau anggap remeh Hir, liat aja nanti karung kita pasti penuh" Kata Uki menatap buah durian, liurnya menetes.
Crass...crass... duk..duk.. cras.. BUK!!!, terdengar durian jatuh beberapa belas meter di dekat mereka.
"Huh..huh..huh.." Teriak anak-anak di sana serempak, Uki celingak-celinguk bingung, Zohir sudah berlari menembus semak.
"Tunggu Hir" Teriak Uki, masih dalam kebingungan, bunyi durian jatuh aja dia belum hapal.
Akhirnya Uki juga ikutan berlari, mengikuti arah anak-anak berlari, mengitari satu Pohon durian yang cukup besar, daun-daun berjatuhan di sana, Uki mengendus semoa aroma durian yang datang dari berbagai arah, sepertinya durian jatuh itu belum ketemu, soalnya di bawah pohon durian itu masih semak, anak-anak semakin ramai berdatangan.
"Hah.. dapat" Teriak Uki bangga.
Anak di sana serempak menoleh, Uki mengacungkan buah durian dengan senyum kemenangan, tapi kemudian anak-anak di sana serempak tertawa, Uki mengernyitkan kening.
"Ya ampun Ki-ki, gak bisa bedakan ya durian yang berisi dengan yang kosong" Kata Zohir.
Uki mengamati durian yang sedang di pegang tangkainya, duri buah itu terbungkus dedaunan.
"Sialan" Kata Uki menghempaskan durian yang ternyata hanya kulit yang digabungkan kembali oleh rekatan dedaunan, kerjaan anak-anak iseng. 
anak-anak di sana kembali tertawa ngakak, bahkan Zohir ikutan tertawa, Uki semakin jengkel.
akhirnya durian jatuh itu ditemukan oleh salah satu anak yang ada di sana, semuanya kembali bubar, Zohir masih menahan tawa.
"Makanya Ki, jangan dulu bangga sebelum memastikan itu buah durian, atau kulit durian" Kata Zohir.
 "Udah ah, aku mau ke warung dulu, cari rokok, minjam duit donk" Kata Uki, mengingat dompetnya hilang di curi orang dalam bus beberapa hari yang lalu.
"Huh.. gini nih, durian belum dapat, duit sudah bobol duluan" Jawab Zohir.
"Ye.. yang ikhlas dong Hir, ntar kuganti" Kata Uki.
"Yaudah kita ke warung sama-sama aja, ntar kamu tersesat, susah nyarinya" Kata Zohir.
keduanya berjalan menuju warung, melewari rumpun bambu, pohon langsat, rambai, dan rambutan hutan, lengkap semua jenis buah ada di sana, nenek moyang benar-benar telah menyiapkan semuanya.
"Dulunya ini perkampungan ki, makanya setiap pohon durian di sini ada namanya, yang menandakan nama nenek moyang yang menanamnya, tapi gak tahu yang mana keturunannya sampai saat ini" Kata Zohir sambil berjalan.
"Luar biasa ya, nenek moyang telah menyiapkan untuk generasi selanjutnya" Jawab Uki.
"Itulah Ki, kadang aku salut lho sama orang-orang zaman dulu, sayangnya keturunannya saat ini tidak benar-benar memelihara" Kata Zohir.
"Maksudnya?"
"Ia liat aja, banyak pohon durian yang ditebang, hanya untuk mengejar keuntungan sesaat, tapi tidak menyiapkan untuk generasi yang akan datang, hampir setiap penduduk di sini tidak ada yang menanam kembali pohon durian, merasa cukup dengan hutan warisan nenek moyang, padahal dulu waktu aku SD, hutan ini dua kali lipat dari sekarang besarnya" Kata Zohir.
"Sayang sekali ya, tapi masih untung, belum ada ladang sawit nyampai kemari" Kata Uki.
"Ia, tapi udah ada tanda-tanda tuh, habislah kalau sawit benar-benar masuk" Kata Zohir.
Warung itu beratapkan daun, tanpa dinding, sengaja dibuat sederhana, tapi beraneka minuman lengkap di sana, dari bir, arak, sampai minuman caleng, jenis-jenis rokok juga lengkap.
"Rokok Mba" Kata Uki.
cewek si penjaga kantin menoleh, matanya bertemu mata dengan Uki, matanya langsung melotot, Uki langsung mendelik.
"Eh... Muliani" Kata Uki, si cewek itu menggeleng gugup.
"Kalian saling kenal?" Kata Zohir.
"Ini nih, cewek yang....
"Kemarin kami bertemu di Bus" Jawab cewek itu memotong suara Uki.
"Oh.. koq kamu gak cerita kalau pernah ketemu sama Rury kemarin Ki?" Kata Zohir.
"Eh... aku belum cerita ya" Kata Uki, gak enak juga kalau ia langsung menuduh kalau cewek di depannya itu yang mencuri dompetnya di bus kemarin. 
Obrolan terhenti saat terdengar durian jatuh di sebrang mereka, Zohir langsung berlari mengejar, Uki malah angkat tangan, kali ini dia mengalah.
"Plies ya jangan cerita kejadian kemarin" Kata Rury.
"jadi nama kamu bukan Muliani ya?" Kata Uki.
"Mm.. Maaf ya, aku pasti ganti koq, nih dompetnya kemarin, KTM, STNK, masih ada di sana, duitnya masih kepake" Kata Rury dengan suara pelan, untung di warung itu lagi gak ada orang.
"Ya udah deh, gak apa-apa kalau memang kamu lagi butuh, dompetku udah balik juga udah syukur, tapi awas ya.. ganti tuh duitnya" Kata Uki.
"Ia pasti saya ganti koq" Jawab Rury.
"Ki, ini baru durian asli" Kata Zohir mengacungkan durian di tangan kanannya, hidungnya kembang kempis.
"Wah.. bisa dibelah nih" Kata Uki semangat.
"Kalau baru satu, pantang di belah Ki, ntar gak dapet lagi" Jawab Zohir.
"Gitu ya peraturannya?" Kata Uki.
"Ia, bener banget, oia.. bagaimana kabar Ibu kamu Ry? dengar-dengar udah keluar dari rumah sakit?" Kata Zohir.
"Udah lumayan, ia sekarang udah di rumah" Jawab Rury, Uki jadi mikir.. 
"Oh.. baguslah, berapa rokoknya?" Kata Zohir.
"Udah di bayar sama Uki tuh" Kata Rury, Zohir mengernyitkan kening.
"Kamu ada duit Ki?" 
"Oh.. ada sisa di celana dalam" Jawab Uki, nyengir, Rury tersenyum, Zohir ikutan nyengir.
keduanya kembali menuju pohon-pohon durian, berburu di sana, bertekad untuk tidak pulang sebelum karung mereka terisi penuh..

****

No comments:

Post a Comment