Tuesday, May 1, 2012

Cicak Buntung

Cicak buntung
Entah yang keberapa kalinya ekorku buntung, biasanya gara-gara berebut serangga dengan tetangga sebelah, atau terpukul oleh penghuni rumah, sekarang ekorku putus lantaran si Bison yang berusaha menerkamku saat santai di dinding ruang tengah.
Sebenarnya aku ingin berteman sama si Bison, tapi tiap kali menatapku, dia terlihat galak dan lapar, biarlah ekorku yang jadi korban, tuh lagi dimainkan si Bison, walau gak mengeluarkan darah, tapi rasa perih itu tetap melekat di bagian ekorku.
Pesonaku hilang untuk saat ini, juga untuk hari-hari kedepan, biasanya ekor akan tumbuh dalam kurun waktu beberapa minggu, hilang sudah statusku sebagai cicak faforit di antara cicak-cicak lainnya. Huh.. tetap saja harus bersyukur karena hanya pesonaku yang hilang, tidak dengan nyawaku.
Terkadang aku geli sendiri menyaksikan si Bison berguling-guling memainkan ekorku yang terus bergerak, kucing kesayangan orang rumah itu memang manja, gemuk, tapi itu tadi, bodoh, sebulan sekalipun belum tentu bisa mendapatkan seekor cicak sepertiku.
"Son, sejak kapan ya kamu bodoh seperti itu? sejak lahir mungkin" Kataku, dengan bahasa cicak tentunya.
si Bison hanya mengeong menatapku galak, aku tidak tahu apa yang dikatakannya, ngeong-ngeong dan menggeram, aku tidak yakin dia juga mengerti dengan apa yang ku katakan.
"Tangkaplah aku kalau kamu bisa, dasar bodoh" Kataku lagi sambil pura-pura mendekat, lalu berlari lagi ke atas, Si Bison tambah marah, sorot matanya gelap, kedua telinganya begerak ke kiri dan kekanan, berjalan perlahan.
"Hei, apa yang kamu lakukan?" Kata Ciko, cicak jelek yang menjadi sainganku.
"Mempermainkan si Bison" Jawabku nyengir.
"Udah buntung begitu, masih juga mau coba-coba" Kata Ciko.
"Justru karena sudah terlanjur  buntung, makanya aku mau balas dendam" Jawabku.
"Cicak mau lawan kucing, mana bisa?" Kata Ciko.
"Kenapa tidak? jaman sekarang, bodi besar aja gak cukup untuk menang" Jawabku.
"Bodi besar aja gak cukup, apalagi bodi kecil macam kita?" Kata Ciko.
Obrolan kami terhenti begitu sadar Bison sudah berada di atas lemari, tidak jauh dari ku, Ciko langsung pucat, berusaha berlari, Semula Bison hendak menerkamku, tapi begitu melihat Ciko berlari, Bison langsung menerkamnya, kuku-kuku tajamnya menggores punggung Ciko, pekik kagetnya begitu menyedihkan, Ciko jatuh ke lantai langsung di kejar Bison, aku hanya bisa terpaku di dinding tempatku, kejadian itu terlalu cepat, Tubuh Ciko terkulas di atas permadani, berusaha menghindari cakaran Bison.
Tanpa pikir panjang, aku melompat tepat mengenai wajah Bison, aku berusaha meludahi matanya, hasilnya lumayan, si Bison mengeong, berusaha mencakarku.
"Cepat lari Ko" Pekik ku, Ciko berlari menahan rasa sakit di punggungnya, sementara aku berusaha menghindari cabikan si Bison, satu-satunya kesempatanku adalah melompat dan menyelip di bawah lemari, Ciko berusaha manjat dinding lagi.
"Putuskan ekormu Ko" Teriakku sambil melompat, dan menyelip di bawah lemari, tangan-tangan si Bison berusaha menggapai dan mencakar ku.
Sadar tindakannya sia-sia, si Bison langsung berlari dan melompat mengejar Ciko.
"Putuskan Ekormu Ko?" Teriakku lagi, tapi Ciko tidak menggubrisnya, dia tetap berusaha memanjat dinding lebih tinggi lagi.
Si Bison melompat, lompatannya kali ini lebih tinggi dari biasanya, malang benar bagi Ciko, tetap di depabku, cakar tajam Bison kembali mengenai punggungnya, Ciko kembali jatuh, dan kali ini si Bison langsung menerkam tanpa ampun, aku masih bisa mendengar ratapan perih Ciko sebelum akhirnya tubuh pucat itu tercabik-cabik.
Andai saja Ciko memutuskan ekornya, dia tidak akan mengalami nasib yang begitu naas.. 
Selamat tinggal Ciko, hanya itu yang bisa ku ucapkan, sebelum akhirnya aku memanjat dinding, dan meninggalkan ruangan itu.

No comments:

Post a Comment