Hampir setiap sore, Uki nangkring di sebuah warung pinggir jalan, dekat kos-kosan, kebiasaan ini baru seminggu berjalan, padahal sebelumnya, dia paling jarang nongkrong di warung itu. Si Bibi juga mengernyitkan kening setiap kali Uki datang, tapi si bibi keliatan senang aja, soalnya warungnya pasti ramai kalau udah ada Uki di sana.
biasanya Uki nongkrong di kantin sendirian, sore ini dia ngajakin sohibnya, Zohir, sekalian mau memamerkan sesuatu.
"Mana sih Ki? katanya jam segini dia lewat" Kata Zohir tidak sabar.
"Sabar dikit kenapa Hir? mungkin dia lagi mampir tempat temannya" Jawab Uki.
"Penasaran aku, cewek cantik seperti apa sih yang membuatmu betah lama-lama di sini" Kata Zohir
"Pokoknya cantik Hir" Jawab Uki.
"Cantik siapa dengan Susi?" Kata Zohir.
"Alah, kamu Hir, bandingannya dengan Susi mulu" Kata Uki, tapi dalam hatinya ia mengakui kalau Susi juga cantik, tercantik di kos.
"Karena bagiku, Susi itu seperti Dewi Sinta, cewek selain Susi cuma dayang-dayang" Jawab Zohir.
"Ia sih, tapi sayang... cowok yang naksir dia seperti Rahwana" Kata Uki ngikik.
"Maksud kamu?" Kata Zohir mendelik.
"Kamu pernah dengar cerita Rahwana kan?"
"Pernah" Jawab Zohir.
"Nah sekarang kamu pandangin wajah kami di cermin, Rahwana itu wajahnya sama persis kaya kamu" Kata Uki ngakak.
"Sialan.. " Kata Zohir mencipratkan Teh es yang sedang diminumnya.
Gerimispun turun di langit senja kota khatulistiwa, awan-awan yang semula putih menyerupai bulu domba, kini berubah menjadi hitam pekat, tapi sinar mentari masih menyembul di celah-celah awan, 4 atau 4 buah kelayangan masih betah bertarung di sana.
"Hir..Hir..Hir.." Kata Uki menyikut sobatnya.
"Ada ap.." Suara Zohir terhenti begitu sepeda warna pink mendekat, mata Zohir seperti menyembul keluar begitu melihat wanita yang sedang menuntun sepeda itu.
"Istigfar Hir.." Kata Uki menggoyangkan bahu Zohir.
"Itu cewek yang kamu maksud" Bisik Zohir tanpa mengalihkan pandangannya.
"Nah lo, kalau Susi seperti dewi Sinta, ini seperti siapa?" Kata Uki balas berbisik
"Ini bidadari Ki" Jawab Zohir. Uki tersenyum puas.
Tanpa di duga, gadis itu menoleh ke arah mereka, kemudian memarkirkan sepedanya di samping warung itu.
"Maaf Bi, saya parkir sepeda di sini ya" Kata Gadis itu, suaranya lembut dan pelan langsung menembus jantung pertahanan Uki.
"Pasti bolehkan Bi?" Kata Uki sebelum si Bibi menjawab, Bibi itu hanya menggelengkan kepala kemudian memberi senyuman ke arah gadis itu.
"Terimakasih Bi, sekalian numpang berteduh sebentar" Kata gadis itu.
Gerimis itupun berubah menjadi butir-butir hujan yang cukup lebat, kali ini Uki merasa sangat bersyukur di anugrahi hujan.
Uki dan Zohir saling pandang tak menentu, mereka tampak gelisah, sementara gadis itu sedang memilih gorengan, seakan tidak terlalu peduli dengan kehadiran dua cowok di kantin itu.
"Suka goreng pisang ya?" Kata Uki tiba-tiba sudah berada dekat dengan gadis itu, Zohir masih celingak celinguk.
"Ia" Jawab gadis itu singkat.
"Sama donk, aku juga suka banget" Kata Uki langsung menyambar satu goreng pisang dan melahapnya, gadis itu tersenyum ramah.
"Dari mana hujan-hujan" Nah si Uki mulai kumat.
"Pulang ngajar les" Jawab gadis itu sambil duduk di sebuah meja tidak jauh dari tempat Zohir.
"Oh.. oia, boleh kenalah gak? aku Uki" Tuhkan, basa-basinya tidak lama.
"Saya Pink" Jawab gadis itu.
"Wah.. cantik sekali" Kata Uki, dalam hatinya, nama koq pink.
Gadis itu tersenyum, menampakkan lesung pipi di pipi sebelah kirinya.
"Terima kasih" Jawab gadis itu.
"Hir, sariawan kamu belum sembuh ya?" Kata Uki menoleh ke belakang. Zohir tersenyum kecut.
"Temen satu kos" Kata Uki, ngomong tanpa di tanya.
"Kamu tinggal di mana?" Tambahnya.
"Di komplek lestari" Jawab Gadis itu.
"Kos atau ngontrak?"
"Rumah sendiri" Jawab gadis itu. Uki mengernyitkan kening.
"Sepeda kamu bagus ya?" Kata Uki, susah juga mencari bahan pembicaraan, terlebih gadis itu menjawab ala wawancara.
"Maaf Mas gak di jual" Kata Gadis itu tersenyum, memaksa Uki ngikik sendiri.
"Hujannya koq belum berhenti juga ya?" Kata Zohir ikutan nimbrung, gak betah juga di cuekin sendirian.
"Coba kamu berjalan keluar Hir, pasti deh tuh hujan berenti" Jawab Uki, hatinya meradang.
"Coba aja kamu yang berjalan keluar" Jawab Zohir manyun.
Perlahan, hujan kembali berubah menjadi gerimis, anak-anak mulai belarian keluar bermain bersama gerimis, sambil membawa beberapa rangka kelayangan, selebihnya bermain bola plastik.
Sebuah mobil kijang berhenti di depan warung itu, tidak jauh dari sepeda Pink itu di parkirkan, seorang pria setengah baya keluar dari mobil sambil membawa payung.
"Sepedanya masukin mobil aja ya?" Kata Pria yang membawa payung itu setengah teriak.
"kalau masuk, ya silahkan aja?" Jawab gadis itu kalem.
Uki dan Zohir saling pandang tak mengerti, Pria setengah baya itu berjalan mendekati mereka, bajunya setengah basah setelah berjuang memasukan sepeda pink milik gadis itu ke dalam mobil.
"Perkenalkan Mas, ini suami saya" Kata gadis itu, senyumnya mengembang.
"Suami??" Kata Uki pelan, namun tertohok, Zohir menahan tawa.
Uki mencoba seramah mungkin, mengajak Pria itu bersalaman.
"Yu kita pulang Mah, Gak baik hujan-hujan begini lama-lama di luar" Kata Pria itu, sekilas aja dia melirik Uki.
Gadis itu mengangguk, kemudian membayar gorengannya ke si Bibi. Uki masih bengong, bingung harus mengatakan apa, Zohir menyikutnya.
"Saya pulang dulu Mas, senang bisa berkenalan dengan Mas" Kata gadis itu.
"Ia, sama-sama, hati-hati ya?" Kata Uki, perasaannya kecut.
Zohir terbahak begitu mobil kijang itu melaju menembus gerimis, si bibi senyam-senyum aja melihat Uki jadi kaya orang linglung.
"Makanya Ki, tanya dulu jangan maen serobot aja" Kata Zohir.
"Siapa yang menyangka coba kalau gadis muda seper itu ternyata udah punya laki" Kata Uki.
Susi dan Bella datang dengan langkah menjinjit, lari-lari kecil menembus kerimis.
"Jadi kalian di sini, awas bi, hari ini jangan biarkan mereka ngutang" Kata Susi.
"Tenang, gak ada lagi istilah ngutang dalam kamus ku" Jawab Zohir tepuk dada.
"Songong kamu Hir, dapet duit dari mana?" Kata Susi.
"Gadaikan BPKB Motor" Jawab Zohir nyengir.
"Huh... itu sama juga dengan ngutang" Kata Bella.
"Kenapa kamu Ki? Koq bengong begitu?" Kata Susi, duduk tepat di depan Uki.
"Kini aku tahu apa yang di rasakan oleh Ramayana saat Dewi Sinta di culik oleh Rahwana" Jawab Uki asal. Susi melirik Bella, keduanya menggeleng.
"Kamu kesambet apaan Ki?" Kata Bella ikutan duduk.
"hati Uki lagi Kesamber geledek, perasaannya tergilas mobil kijang" Jawab Zohir.
Gerimis akhirnya reda, Tanpa pamit Uki langsung pergi meninggalkan warung..
"Eeh... bayar dulu gorengannya" Kata Si bibi teriak.
"Tuh bi, sekalian hitung dengan punya Zohir, dia yang bayarin" Teriak Uki tanpa menoleh lagi kebelakang.
Zohir celingak celinguk, kemudian garuk-garuk kepala, "Sialan Uki, koq aku yang jadi korban" Kata Zohir.
"Bi, ngutang dulu ya" Kata Zohir malu-malu.
"Ye... gak tahu malu, belum juga lima menit kamu ngomong anti ngutang" Kata Susi.
"Sungguh terpaksa Sus" Jawab Zohir.
"Gak ada ngutang-ngutang, yang kemarin aja belum ke bayar" Kata si Bibi.
"Suruh cuci piring aja bi?" Kata Susi.
"Ia nih, kebetulan cucian lagi numpuk, air hujan juga lagi banyak, biar gak rugi-rigi amat, tuh cuci piring aja sebagai bayaran, gak termasuk utang kemarin" Kata si Bibi.
"Masa gitu sih bi, Ya Tuhan, kasihanilah hambamu ini" Kata Zohir, Susi dan Bella malah ngakak, hari ini gak bisa tawar-tawar atau rayu-rayu lagi dengan si bibi warung, sementara Uki telah nyungsep di depan laptopnya.