Thursday, May 31, 2012

Gadis Bersepeda Pink

Hampir setiap sore, Uki nangkring di sebuah warung pinggir jalan, dekat kos-kosan, kebiasaan ini baru seminggu berjalan, padahal sebelumnya, dia paling jarang nongkrong di warung itu. Si Bibi juga mengernyitkan kening setiap kali Uki datang, tapi si bibi keliatan senang aja, soalnya warungnya pasti ramai kalau udah ada Uki di sana.
biasanya Uki nongkrong di kantin sendirian, sore ini dia ngajakin sohibnya, Zohir, sekalian mau memamerkan sesuatu. 
"Mana sih Ki? katanya jam segini dia lewat" Kata Zohir tidak sabar.
"Sabar dikit kenapa Hir? mungkin dia lagi mampir tempat temannya" Jawab Uki.
"Penasaran aku, cewek cantik seperti apa sih yang membuatmu betah lama-lama di sini" Kata Zohir
"Pokoknya cantik Hir" Jawab Uki.
"Cantik siapa dengan Susi?" Kata Zohir.
"Alah, kamu Hir, bandingannya dengan Susi mulu" Kata Uki, tapi dalam hatinya ia mengakui kalau Susi juga cantik, tercantik di kos.
"Karena bagiku, Susi itu seperti Dewi Sinta, cewek selain Susi cuma dayang-dayang" Jawab Zohir.
"Ia sih, tapi sayang... cowok yang naksir dia seperti Rahwana" Kata Uki ngikik.
"Maksud kamu?" Kata Zohir mendelik.
"Kamu pernah dengar cerita Rahwana kan?"
"Pernah" Jawab Zohir.
"Nah sekarang kamu pandangin wajah kami di cermin, Rahwana itu wajahnya sama persis kaya kamu" Kata Uki ngakak.
"Sialan.. " Kata Zohir mencipratkan Teh es yang sedang diminumnya.
Gerimispun turun di langit senja kota khatulistiwa, awan-awan yang semula putih menyerupai bulu domba, kini berubah menjadi hitam pekat, tapi sinar mentari masih menyembul di celah-celah awan, 4 atau 4 buah kelayangan masih betah bertarung di sana.
"Hir..Hir..Hir.." Kata Uki menyikut sobatnya. 
"Ada ap.." Suara Zohir terhenti begitu sepeda warna pink mendekat, mata Zohir seperti menyembul keluar begitu melihat wanita yang sedang menuntun sepeda itu.
"Istigfar Hir.." Kata Uki menggoyangkan bahu Zohir.
"Itu cewek yang kamu maksud" Bisik Zohir tanpa mengalihkan pandangannya. 
"Nah lo, kalau Susi seperti dewi Sinta, ini seperti siapa?" Kata Uki balas berbisik
"Ini bidadari Ki" Jawab Zohir. Uki tersenyum puas.
Tanpa di duga, gadis itu menoleh ke arah mereka, kemudian memarkirkan sepedanya di samping warung itu.
"Maaf Bi, saya parkir sepeda di sini ya" Kata Gadis itu, suaranya lembut dan pelan langsung menembus jantung pertahanan Uki.
"Pasti bolehkan Bi?" Kata Uki sebelum si Bibi menjawab, Bibi itu hanya menggelengkan kepala kemudian memberi senyuman ke arah gadis itu.
"Terimakasih Bi, sekalian numpang berteduh sebentar" Kata gadis itu.
Gerimis itupun berubah menjadi butir-butir hujan yang cukup lebat, kali ini Uki merasa sangat bersyukur di anugrahi hujan.
Uki dan Zohir saling pandang tak menentu, mereka tampak gelisah, sementara gadis itu sedang memilih gorengan, seakan tidak terlalu peduli dengan kehadiran dua cowok di kantin itu.
"Suka goreng pisang ya?" Kata Uki tiba-tiba sudah berada dekat dengan gadis itu, Zohir masih celingak celinguk.
"Ia" Jawab gadis itu singkat.
"Sama donk, aku juga suka banget" Kata Uki langsung menyambar satu goreng pisang dan melahapnya, gadis itu tersenyum ramah.
"Dari mana hujan-hujan" Nah si Uki mulai kumat.
"Pulang ngajar les" Jawab gadis itu sambil duduk di sebuah meja tidak jauh dari tempat Zohir. 
"Oh.. oia, boleh kenalah gak? aku Uki" Tuhkan, basa-basinya tidak lama.
"Saya Pink" Jawab gadis itu.
"Wah.. cantik sekali" Kata Uki, dalam hatinya, nama koq pink.
Gadis itu tersenyum, menampakkan lesung pipi di pipi sebelah kirinya.
"Terima kasih" Jawab gadis itu.
"Hir, sariawan kamu belum sembuh ya?" Kata Uki menoleh ke belakang. Zohir tersenyum kecut.
"Temen satu kos" Kata Uki, ngomong tanpa di tanya.
"Kamu tinggal di mana?" Tambahnya.
"Di komplek lestari" Jawab Gadis itu.
"Kos atau ngontrak?" 
"Rumah sendiri" Jawab gadis itu. Uki mengernyitkan kening.
"Sepeda kamu bagus ya?" Kata Uki, susah juga mencari bahan pembicaraan, terlebih gadis itu menjawab ala wawancara.
"Maaf Mas gak di jual" Kata Gadis itu tersenyum, memaksa Uki ngikik sendiri.
"Hujannya koq belum berhenti juga ya?" Kata Zohir ikutan nimbrung, gak betah juga di cuekin sendirian.
"Coba kamu berjalan keluar Hir, pasti deh tuh hujan berenti" Jawab Uki, hatinya meradang.
"Coba aja kamu yang berjalan keluar" Jawab Zohir manyun.
Perlahan, hujan kembali berubah menjadi gerimis, anak-anak mulai belarian keluar bermain bersama gerimis, sambil membawa beberapa rangka kelayangan, selebihnya bermain bola plastik. 
Sebuah mobil kijang berhenti di depan warung itu, tidak jauh dari sepeda Pink itu di parkirkan, seorang pria setengah baya keluar dari mobil sambil membawa payung.
"Sepedanya masukin mobil aja ya?" Kata Pria yang membawa payung itu setengah teriak.
"kalau masuk, ya silahkan aja?" Jawab gadis itu kalem.
Uki dan Zohir saling pandang tak mengerti, Pria setengah baya itu berjalan mendekati mereka, bajunya setengah basah setelah berjuang memasukan sepeda pink milik gadis itu ke dalam mobil.
"Perkenalkan Mas, ini suami saya" Kata gadis itu, senyumnya mengembang.
"Suami??" Kata Uki pelan, namun tertohok, Zohir menahan tawa.
Uki mencoba seramah mungkin, mengajak Pria itu bersalaman.
"Yu kita pulang Mah, Gak baik hujan-hujan begini lama-lama di luar" Kata Pria itu, sekilas aja dia melirik Uki.
Gadis itu mengangguk, kemudian membayar gorengannya ke si Bibi. Uki masih bengong, bingung harus mengatakan apa, Zohir menyikutnya.
"Saya pulang dulu Mas, senang bisa berkenalan dengan Mas" Kata gadis itu.
"Ia, sama-sama, hati-hati ya?" Kata Uki, perasaannya kecut. 
Zohir terbahak begitu mobil kijang itu melaju menembus gerimis, si bibi senyam-senyum aja melihat Uki jadi kaya orang linglung.
"Makanya Ki, tanya dulu jangan maen serobot aja" Kata Zohir.
"Siapa yang menyangka coba kalau gadis muda seper itu ternyata udah punya laki" Kata Uki.
Susi dan Bella datang dengan langkah menjinjit, lari-lari kecil menembus kerimis.
"Jadi kalian di sini, awas bi, hari ini jangan biarkan mereka ngutang" Kata Susi.
"Tenang, gak ada lagi istilah ngutang dalam kamus ku" Jawab Zohir tepuk dada.
"Songong kamu Hir, dapet duit dari mana?" Kata Susi.
"Gadaikan BPKB Motor" Jawab Zohir nyengir.
"Huh... itu sama juga dengan ngutang" Kata Bella.
"Kenapa kamu Ki? Koq bengong begitu?" Kata Susi, duduk tepat di depan Uki.
"Kini aku tahu apa yang di rasakan oleh Ramayana saat Dewi Sinta di culik oleh Rahwana" Jawab Uki asal. Susi melirik Bella, keduanya menggeleng.
"Kamu kesambet apaan Ki?" Kata Bella ikutan duduk.
"hati Uki lagi Kesamber geledek, perasaannya tergilas mobil kijang" Jawab Zohir.
Gerimis akhirnya reda, Tanpa pamit Uki langsung pergi meninggalkan warung..
"Eeh... bayar dulu gorengannya" Kata Si bibi teriak.
"Tuh bi, sekalian hitung dengan punya Zohir, dia yang bayarin" Teriak Uki tanpa menoleh lagi kebelakang.
Zohir celingak celinguk, kemudian garuk-garuk kepala, "Sialan Uki, koq aku yang jadi korban" Kata Zohir.
"Bi, ngutang dulu ya" Kata Zohir malu-malu.
"Ye... gak tahu malu, belum juga lima menit kamu ngomong anti ngutang" Kata Susi.
"Sungguh terpaksa Sus" Jawab Zohir.
"Gak ada ngutang-ngutang, yang kemarin aja belum ke bayar" Kata si Bibi.
"Suruh cuci piring aja bi?" Kata Susi.
"Ia nih, kebetulan cucian lagi numpuk, air hujan juga lagi banyak, biar gak rugi-rigi amat, tuh cuci piring aja sebagai bayaran, gak termasuk utang kemarin" Kata si Bibi.
"Masa gitu sih bi, Ya Tuhan, kasihanilah hambamu ini" Kata Zohir, Susi dan Bella malah ngakak, hari ini gak bisa tawar-tawar atau rayu-rayu lagi dengan si bibi warung, sementara Uki telah nyungsep di depan laptopnya.




Sunday, May 27, 2012

tak pake judul

Buntu sudah....
kering sudah...
rasanya otakku benar-benar beku..
padahal masih banyak yang ingin ku tuliskan..
untuk membuang kejenuhan dan rasa bosan, aku memulai menuliskan ini, tengtang secercah rasa dan keinginan kuat untuk menjadi seorang penulis, sayangnya... masih di awang-awang. sayapku masih terlalu pendek untuk menjangkaunya, bahkan mungkin belum tumbuh.
panasnya kota khatulistiwa ini rasanya semakin membuat hitam kulit tubuhku, kipas angin juga hanya menghasilkan udara panas, seutas cerita dari masa lalu belum bisa ku tuliskan, kemarin aku telah menulisnya di dinding grop facebook, sayangnya keburu mati lampu sebelum aku memajangnya, hilang sudah, dan aku tak berdaya memulainya dari awal lagi.
beberapa minggu ini, pikiranku terkuras oleh ke adaan istriku, mabok dan muntah-muntah karena ngidam, mengandung anak pertama ternyata cukup membuatnya menderita, aku bingung harus berbuat apa, seandainya penderitaannya bisa dibagi dua denganku, aku rela melakukannya.

Wednesday, May 23, 2012

Kuntilanak Ngidam

Hampir semua orang percaya bahwa dulunya Pontianak adalah sarang kuntilanak, bahkan Nama Pontianak sendiri diambil dari nama Kuntilanak,  sampai saat ini cerita seputar kuntilanak masih kerap terdengar, percaya gak percaya, itulah faktanya. Anehnya, film-film yang menceritakan seputar kuntilanak, jarang ada yang mengambil tempat di Pontianak, mungkin karena takut kuntilanaknya benar-benar muncul.. :D
Dari itu muncul di benakku untuk membuat cerita dengan tema kuntilanak yang ada di Pontianak, semoga saja kuntilanaknya tidak tersinggung.. :-p 
**
Malam itu benar-benar gelap, langit tidak menampakkan bintang-bintang, rembulan murung di sebalik awan-awan putih yang tetap terlihat hitam bila malam hari. burung hantu berkicau beberapa kali di pohon mangga sebuah kos-kosan, padahal sudah beberapa tahun terakhir, burung hantu tidak lagi tinggal di kota.
"Bulu kudukku koq meringding ya begitu mendengar suara burung hantu" Kata Zohir mengusap-ngusap tangannya.
"Jangankan mendengar suara burung hantu, dengar suara Susi aja bulu kudukmu merinding Hir" Jawab Uki sobat dekatnya.
"Hehehe, itu sih merinding lain Ki" Kata Zohir terkekeh.
"Eh.. tapi ngomong-ngomong, malam ini koq hening banget ya, hanya suara burung hantu yang terdengar jelas" Kata Uki.
"Hal itulah yang ingin aku katakan dari tadi" Kata Zohir.
"Oia, kamukan punya ketepel, kita buru yu' burung hantu juga mungkin enak kalau di bakar" Kata Uki.
"Amit-amit ki" Jawab Zohir bergidik.
"Ya udah, biar aku saja, kalau dapat, jangan minta ya?" Kata Uki menyambar ketepel Zohir yang menempel di dinding kamar, sejurus kemudian berlari ke luar.
"Jangan Ki, ntar kamu kualat" Kata Zohir, tapi terlambat Uki sudah sampai di beranda rumah kost.
"Berisik, kena lo" Kata Uki sambil melesakkan sebuah batu dari ketepel.
Burung hantu itu terbang merendah, kemudian berbunyi kembali.
"Udah ki, kamu gak takut apa?" Kata Zohir
"Sama burung aja takut" Jawab Uki.
"Kalian pada ngapain sih, malam-malam ribut" Kata Susi keluar kamar, Tika, Cici dan Bella ikutan keluar.
"Ia tuh, ganggu konsentrasi aja" Kata Tika.
"Siapa suruh jam segini belum tidur" Jawab Uki.
"bagaimana mau tidur kalau kalian ribut-ribut" Kata Susi.
"Ributkan sekarang, tadi enggak koq" Kata Uki.
"Ia, jadi kesimpulannya kalian lagi ngapain?" Kata Bella.
"Lagi berburu burung hantu" Jawab Uki nyengir.
"Jangan Ki, ntar kamu kualat" Kata Tika.
"Tuh kan, udah ku ingetin, tapi gak dengar juga" Kata Zohir.
"Alah, kalian ini, masih percaya sama yang begituan, burung tetap aja burung, pasti enak kalau di panggang" Kata Uki.
"Kamu belum pernah dengar cerita seputar orang yang membunuh burung hantu ya?" Kata Susi.
"Belum, emangnya ceritanya bagaimana? horor?" Jawab Uki.
"Di kampung aku, ada orang yang membunuh burung hantu, tahu gak apa yang terjadi ke esokan harinya?" Kata Susi.
"Kamu jangan nakutin donk Sus" Kata Zohir, bulu kuduknya benar-benar merinding.
"Paling-paling mencret" Jawab Uki.
"Salah Ki, Besok malamnya, dia di datangi kuntilanak, dan akhinya mati tercebur di kali" Kata Susi.
"Yang benar Sus, jangan nakutin begitu donk" Kata Uki akhirnya, ketepel yang tadi di tangannya langsung di lemparkan ke arah Zohir.
"Gak percaya ya udah" Kata Susi.
Angin malam datang berhembus menerpa tubuh mereka, lebih dingin dari biasanya, anehnya daun pohon mangga depat mereka tidak bergoyang sedikitpun, padahal rambut panjang Bella bergerak seperti terkena kipas angin.
"Kalian sadar gak, angin ini koq aneh" Kata Bella.
"Ia ya, padahal terasa banget, tapi koq daun-daun itu gak bergoyang" Kata Uki.
"Udah ah, masuk yu' aku jadi takut nih" Kata Cici,
"Sumpah, badanku udah menggigil nih" Kata Zohir jujur.
suara-suara jengkrik di bawah pohon mangga itu tiba-tiba saja menghilang, malam jadi semakin sepi, suara burung hantu juga sudah lama menghilang, yang ada hanya keheningan.
"I.. iii it.. it.. it.. it... tu" Kata Zohir tercekat, badannya menggigil hebat, wajahnya pucat.
"Kenapa Hir?" Kata Uki
"Ha.. ha ... ha ... kun ... kun... kun... " Suara Zohir tercekat.
"Sejak kapan kamu gagap begitu Hir?" Kata Susi.
Dengan tangan yang terlihat sangat berat, Zohir menunjuk ke arah pohon mangga.. 
sosok putih suram dan perlahan menjadi jelas sedang asik duduk di salah satu dahan pohon mangga..
"hihihi hihi hi hi hi hi hi hi hi hi hi" Kata Sosok itu dengan suara sumbang dan menakutkan.
"Akkkkkkkhhh Hantuuuuuuuuuu!!!!!" Teriak anak-anak cewek serempak, mereka berlari masuk ke dalam, berhamburan ke kamar masing-masing.
Uki berdiri kaku, lututnya mulai lemas, seumur-umur, belum pernah ia mengalami rasa setakut itu, jantungnya berdetak tidak jelas, bahkan mungkin nyaris berhenti berdetak, sebenarnya ia juga ingin berlari, tapi kaki itu tak bisa digerakkan.
"Hihihihi hihihi hihihi hi hi hi hi hi, tennhang, akyu hanyua singgah sebhenthar... nyari mangga, susah juga yua khalau laghi ngidam" Kata Sosok putih itu, sosok itu semakin jelas terlihat, wajahnya cukup cantik, rambutnya panjang, matanya melotot, seperti hendak keluar, bibirnya menghitam, hidungnya kembang kempis. 
Zohir tak berdaya, dia roboh dengan nafas turun naik, air matanya mengalir deras, setengah sadar.
Uki masih mencoba berdiri, dengan sisa-sisa tenaga yang tiba-tiba meluruh, lututnya bergoyang.
"Pee...pe.. per...per..."
"Halah.... mau bhilang perghi aja susyah, apa aku sebegitu menakutkan yua..?" Kata sosok itu.
"Tadhinyua sih akyu mau cabut, tapi mangghanya gak ada yang berbuah.. jadi aku minta tholong sama kalian berdua yua.. carikan aku mangga di toko, pleasih... " Tambah sosok itu.
"Kalau kalian berdua tidak mau, maka tiap malam aku akan datang ke sini, sampai jantung jalian benar-benar berhenti berdetak" Kata Sosok itu jadi Galak, wajahnya semakin menakutkan.
dengan sedikit keberanian, Uki menarik tangan Zohir, Zohir mengusap air matanya, mencoba bangkit lalu langsung berlari masuk rumah, Uki ikutan nyusul.
"Gi gi gi gila Ki, i.. ini pasti gara-gara ka ka kamu" Kata Zohir masih tergagap.
"Koq aku sih, memang dianya aja kali yang mau muncul, mana minta belikan mangga lagi" Jawab Uki mengelap keringat di wajahnya.
"Jam segini, mana aja orang yang jual mangga" Kata Uki memandang jam dinding, sudah menunjukan pukul 11.30 malam.
Uki mengetuk pintu kamar cewek, berharap mereka ada nyimpan mangga, tapi satu kamarpun gak ada yang di buka, semua pada takut, atau pura-pura tidur mungkin.
"Hir, temenin aku cari mangga ya?" Kata Uki.
"Chepetan dhonk,,, aku udah mual nih" Tiba-tiba sosok itu muncul di depan mereka.
Zohir langsung pingsan, tumbang di depan pintu kamar.
"Ii..i.iia nih, mau berangkat" Kata Uki, berlari mengambil kunci motor.
badannya masih setengah menggigil, tapi pikirannya mulai memaki si kuntilanak, ada-ada aja, masa kuntilanak bisa ngidam, pikirnya.
"Lebih bhaik di kebhut, jangan buanyak mikir" Kata suara di boncengan Motor. Uki kaget minta ampun, nglakson, ngegas, ngerem, sekaligus.. 
"Hihihihihihihi... khamu luchu deh kalau laghi terkeejout" Kata Kuntilanak itu.
"Ka... kalau kamu di situ terus, aku gak kuat lagi nih bawa mottor" Kata Uki, keringat dingin membasahi bajunya.
"Bhiar aku aja yang bhonceng kalau begitu" Kata Kuntilanak itu.
Uki tidak memperdulikannya lagi, ia mencoba seberani mungkin, sengaja mencari tempat yang agak ramai, sambil klakson sana- klakson sini, tapi orang-orang tidak ada yang perduli.
akhirnya Uki sampai di sebuah warung buah pinggir jalan, udah hampir tutup, Uki langsung nyerobot, nyari mangga, sialnya dompetnya ketinggalan, waktu mau bayar ia jadi kalang kabut sendiri, si Kuntilanak itu tersenyum di boncengan motor, anehnya orang-orang seakan tidak melihatnya.
"Uki memandangnya, memberanikan diri melambaikan tangan, memberi isyarat kalau ia lupa bawa dompet, si kunti itu balas mengibas-ngibaskan tangan, dan menunjuk saku celana Uki. Uki merogoh sakunya, dan di dapati ada uang seratus ribuan di sana, entah uang darimana, padahal ia tahu pasti, tidak ada uang sebelumnya di saku celananya.
Uki berjalan menuju motornya.
"Nih" Hanya itu yang keluar dari mulutnya sambil menyerahkan buah ke si Kunti.
"Nanthi di rummah ajha" Kata si Kunti tersenyum manja.
 Uki kembali ngebut pulang kerumah, ia berharap si kunti itu tidak lagi duduk di boncengan motor, ya memang untuk sementara, tidak ada siapa-siapa di jok belakang motornya.
beberapa menit kemudian ia sampai di kosnya, malam hari yang biasanya dingin, kini terasa sangat panas, setidaknya itulah yang dirasakan Uki.
"Terimha Khasih yua.. besok-besok aku minta belikan buah lain, Aku pergi dulhu" Kata Si Kunti muncul di depan Uki, mengambil satu buah mangga, dan kembali menghilang.
Uki berlari masuk ke dalam rumah, dan melihat Zohir masih terbaring lemas, di kelilingi cewek-cewek kost itu, mereka kaget sekaligus lega begitu melihat Uki nongol.
"Bagaimana Ki?" Kata Susi.
"Hantunya udah pergi ya?" Kata Bella.
"Untuk saat ini aman, gak tahu malam besok atau lusa" Kata Uki. 
"Rasa-rasanya aku pernah melihat wajah itu" Kata Bella.
"Masa Sih, kapan di mana?" kata Uki,
"Gak tahu juga, lupa" Jawab Bella.
malam itu mereka berkumpul di ruang tengah, berada di kamar seorang diri setelah melihat hantu, itu bukan pilihan yang bagus, malam itu, uki benar-benar tidak bisa memejamkan matanya.

Besoknya, komplek kost-kostan itu dikejutkan dengan kabar meninggalnya seorang gadis dalam keadaan hamil muda, meninggal karena tabrakan maut antara motor dan mobil truck..



Monday, May 21, 2012

Cacing Kuburan

Jika kalian ingin tahu apa yang terjadi pada orang-orang yang telah mati di dalam kubur sana?
silahkan tanya pada cacing kuburan, mereka adalah ahlinya, bahkan mereka mungkin teman yang telah melumat jasad itu.
Waktu aku kecil, seorang teman pernah bercerita, tentang orang-orang yang tidak sengaja menggali kuburan yang telah berusia ratusan tahun, saat orang-orang itu menemukan peti mati, mereka mencoba membukanya dan alangkah terkejut saat yang didapai bukanlah kain kafan, ataupun kerangka, melainkan ikan lele dengan ukuran jumbo, ada 20-30 ekor ikan lele itu, satu orangpun tak ada yang berani mengambilnya, lantas peti mati iu dikubur kembali. 
Ya.. sama seperti kalian, aku juga tidak percaya dengan cerita itu, meskipun kata sebagian orang, tidak ada yang mustahil di dunia ini.
Aku selalu penasaran dengan nasib orang yang telah terkubur, apakah benar Malaikat datang menjemput dan membangunkan saat tujuh langkah orang-orang meninggalkan kuburan itu, atau seperti apa yang dikatakan Ibuku saat aku masih kecil, orang yang telah mati akan bangun beberapa saat setelah dikubur, tangannya meraba mata, hidung, telinga, dan anggota tubuh lainnya, "Oh aku telah mati" orang itu berguman dan kemudian ia baring kembali. Itu kata Ibuku, benar atau salah, perkataannya cukup membuatku membayangkan alam kubur untuk beberapa minggu kemudian.
Ku rasa selama orang yang telah mati itu tidak bisa bangkit dari kuburnya, selama itu pula misteri alam kubur tidak terungkap, ya.. benar, ayat-ayat suci telah menerangkannya lebih lanjut, jasad akan kembali keasalnya menjadi tanah, sedangkan si manusia itu tetap di alam kubur sampai kiamat membangkitkannya? 
Seminggu setelah kematian adikku, aku begitu ingin membongkar kuburannya, dan berharap ia tersenyum gembira karena aku telah membebaskannya, tapi aku juga tidak bisa membayangkan jika yang kudapati hanyalah jasad membusuk yang mulai digerogoti cacing, ah.. kehilangan karena kematian itu memang sangat menyakitkan, terlebih karena tahu bahwa orang kita tidak mungkin bertemu lagi dengannya selama hidup kita. Tapi pada akhirnya, hingga beberapa tahun ini, hampir tiap malam aku bertemu dengan adikku, ya.. kurasa dia kini hidup dalam dunia mimpi.
Saat aku mengunjungi makamnya, mencabuti rerumputan sambil bicara sendiri, berharap dia bisa mendengarku, yang kudapati hanyalah cacing-cacing kuburan dengan tubuh montok, aku bertanya kepada mereka, bagaimana kabar adikku di dalam sana? karena tak ada jawaban, aku menjadikan cacing itu sebagai umpan pancing.
Jadi kesimpulannya, apakah yang terjadi pada orang-orang yang telah mati dan terkubur selama ribuan tahun ? sementara pintu surga dan neraka belum dibuka sampai kiamat menjemput, sayang sekali cacing kuburan itu tidak bisa bicara, padahal merekalah satu-satunya saksi hidup yang banyak mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi pada orang yang terkubur..

Sunday, May 6, 2012

Cinta Tanpa Sayap

Cinta datang dan pergi seperti biasanya, tanpa kenal waktu, juga tak kenal lelah. Seperti saat ini, cinta hadir bagaikan segelas air di tengah-tengah gurun, menyegarkan, membuat tenaga kembali hadir untuk menyusuri hidup, namun.. lagi-lagi tidak bertahan lama, dan kehausan kembali melanda.
"Sayap-sayap cinta yang patah" Kata seorang pujangga yang pernah ku baca dalam sebuah buku dengan judul yang sama, bagaimana sayap itu bisa patah, sedangkan menurutku sendiri, cinta terlahir justru tanpa sayap, cinta hanyalah ilusi, atau hantu yang kadang menjelma, juga kadang menghilang.
"Si Tami tadi ngapain ke sini?" Kata Maxsel mengagetkanku.
Aku tak segera menjawabnya, hanya nafas yang sengaja ku buat berat, dan menyeruput sisa kopi pagi ini.
"Minta putus" Jawabku akhirnya.
"Hahaha,, udah yang keberapa kalinya nih, cewek mutusin kamu" Kata Maxsel.
"Entahlah" Jawabku menaikan bahu kiri.
"Makanya Loun, jadi cowok itu perhatian dikit kenapa?" Kata Maxsel.
"Mau perhatian bagaimana lagi, kamu aja yang ngakunya cowok perhatian, sampai sekarang belum pernah punya cewek" Jawabku.
"Itu sih karena aku belum mau punya pacar" Jawab Maxsel ngeles.
"Huh,, gak yakin aku, setiap melihat cewek mata kamu seperti hendak keluar" Kataku, Maxsel terkekeh.
Obrolan kami terhenti begitu pintu kamar di ketuk, Maxsel langsung membukakan pintu.
"Loundi ada Max" Kata sebuah suara, dari nadanya aja aku sudah tahu siapa dia.
"Gak ada" Jawab Maxsel. 
"Ada apa Sya?" Kataku muncul di belakang Maxsel.
"Huh,, Maxsel tukang boong" Kata Tisya, Maxsel nyengir kembali duduk di sudut kamar, aku keluar menemui Tisya.
"Kamu udah ngerjakan tugas Filsafat pendidikan belum?" Kata Tisya.
"Udah" Jawabku singkat.
"Wah,, minta filenya donk, aku gak bisa mikir nih" Kata Tisya.
"Tumben, biasanya kan aku yang minta contekan" Jawabku.
"Pokoknya kalau urusan filsafat aku pusing" Kata Tisya.
"Maaf Sya, aku gak punya filenya, soalnya ngetik di warnet, langsung prin, kalau prinannya sih ada" Jawabku.
"Ya udah deh, gak apa-apa" Kata Tisya.
"Bentar ya, ku ambilkan" Jawabku langsung masuk kamar, kembali lagi dalam beberapa detik.
"Jangan sampai ronyok ya?" Kataku.
"Tenang aja deh, besok pagi aku balikan ya" Kata Tisya.
"Ia deh, gak apa-apa, langsung kumpulkan juga boleh" Jawabku, Tisya tersenyum manis seperti biasanya, wajah imutnya benar-benar manis.
"Ok deh, aku pamit dulu ya" Kata Tisya membalikan badan.
"Mm.. tunggu Sya" Kataku, sedikit ragu.
"Ada apa Loun?" Jawab Tisya.
"Mm.. nanti malam, kamu ada acara gak?" Kataku memberanikan diri.
"Nanti malam ya, mm.. sepertinya cuma ngetik tugas ini, habis itu santai, memangnya kenapa?" Kata Tisya, kembali menghadap ke arahku.
"Kita jalan-jalan yu', sumpeg nih" Kataku.
"Ok,, jalan kemana?" Kata Tisya semangat, aku agak kaget.
"Kemana aja deh, ntar habis isya ku jemput ya?" Kataku, Tisya Mengangguk, sebelum akhirnya pamit pulang.
"Aku heran deh sama kamu Loun, baru aja diputusin beberapa jam, eh.. udah punya sasaran baru, gak ada sedih-sedihnya" Kata Maxsel begitu aku masuk kamar.
"Namanya juga hidup Max, kenapa juga harus menyedihkan sesuatu yang ingin pergi, biarkan saja" Jawabku.
"Memangnya perasaan kami sama si Tami tu bagaimana sih?" Kata Maxsel.
"Biasa aja, sayang sih, cinta sih, suka sih, tapi kalau dia memang bahagia putus denganku, kenapa harus dipertahankan" Jawabku.
"Huh.. dasar aneh" Kata Maxsel.
**
Malamnya, seperti janjiku, aku langsung cabut ke rumah Tisya, satu-satunya teman satu kelasku yang bukan anak kost, dia asli tinggal di kota, sedangkan teman yang lainnya anak-anak daerah, termasuk aku.
Tisya menyambutku dengan senyum termanisnya, baru kali ini aku malam-malam ke rumahnya, tanpa ada rencana sebelumnya, cuma rencana dadakan. 
"Ugh.. lama, kirain gak jadi" Kata Tisya dengan suara manja. 
"Kalau aku udah ngajak jalan, pasti jadi donk, cuma ada sedikit kesalahan teknis" Jawabku terkekeh.
"Yu, langsung pergi aja" Kata Tisya.
"Udah bilang sama orang tua kamu" 
"Gak dibilangin juga mereka tahu koq, udah biasa" Jawab Tisya.
"Jangan gitu donk, biar aku saja yang ngomong ke mereka" kataku langsung masuk, celingak celinguk sendiri so akrab dengan suasana rumah.
"Udahlah Loun, langsung pergi aja" Kata Tisya menarik tanganku, tapi aku tetap masuk ke rumah.
Tisya akhirnya ngalah, dengan nafas beratnya ia membiarkanku, mungkin aneh, pikirnya.
"Assallamualaikum?" Kataku sambil jalan-jalan di rumah mewah itu, mencari seseorang yang bisa di ajak bicara.
"Walaikum salam" Jawab Sebuah suara terdengar berat, sosok pria setengah baya muncul, kumisnya panjang seperti kumis pak raden.
"Kamu siapa, ngapain di sini?" Kata bapak itu galak.
"Maaf Om, saya temennya Tisya, mau minta izin nih, ngajak Tisya Jalan-jalan" Kataku. 
"Ya sudah, pergi saja, awas pulangnya jangan malam-malam" Kata Ayah Tisya.
"Makasih Om" Kataku, langsung berlari, Tisya terduduk di bawah lampu taman.
"Udah? apa kata papa?" Kata Tisya.
"Jangan pulang malam-malam" Jawabku,
"Itu aja?" Tanya Tisya seorang kurang yakin.
"Ia, itu saja" Jawabku.
Aku belum memiliki tujuan pasti kemana membawa Tisya, jadi hanya keliling, berlomba dengan pengendara-pengendara lainnya.
"Kita mau jalan ke mana sih?" Kata Tisya akhirnya.
"Maunya ke mana ya?" Jawabku balas bertanya.
"Ugh.. koq balas tanya, aku kan ngikut aja"
"Habisnya aku juga bingung mau jalan ke mana?" Jawabku.
"Ya udah ke korem aja" Kata Tisya.
 "Ok deh" Jawabku.
Malam Jum'at, taman alun-alun kapuas tetap ramai, walau tidak seramai malam minggu, tapi tempat parkiran sudah hampir penuh, jadinya aku memarkirkan motor di pinggir jalan.
tanpa sungkan Tisya menggandeng tanganku, justru malah aku yang agak kikuk.
"Apa sih yang membuat kamu ngajakin aku jalan dadakan" Kata Tisya.
"Mm gak tahu juga ya, mungkin karena kamu juga dadakan datang ke kos tadi sore" Jawabku.
"Gak ada alasan lain?" Kata Tisya.
"Kayanya gak ada" Jawabku.
"Terus tujuan kamu ngajak aku jalan apa?" 
"Gak tahu juga, karena aku lagi sumpeg aja, terus gak ada temen untuk di ajak jalan" Jawabku jujur.
"Lho, memangnya cewek kamu kemana?" 
"Cewekku, siapa?" Jawabku.
"Huh.. memangnya kamu pikir aku gak tahu, kalau kamu pacaran sama Tami" Kata Tisya.
"Hehe, Tami toh, tadi siang dia datang ke kos, ngajakin putus" Jawabku.
"Putus? semudah itu?" Kata Tisya.
"Ya, orang mau putus, kenapa harus di persulit" Jawabku.
"Kamu itu aneh Laun, pacaran, tapi kaya gak punya perasaan sama sekali" Kata Tisya.
"Mungkin, tapi mau bagaimana lagi, seorang pacar yang baik, kan harus bisa membuat bahagia pasangannya, kalau putus adalah membahagiakan Tami, ya aku pasti rela" Jawabku.
"Kamu sedih gak putus sama Tami?" Kata Tisya.
"Sedih sih, BT juga ia, tapi malam inikan ada kamu, jadi sedihku hilang" Jawabku, Tisya sedikit kikuk.
"Jadi aku sebagai pelarian dan pelampiasan gitu ya?" Kata Tisya dengan nada menusuk.
"Ya enggaklah, kamukan temen baik aku di kelas maupun di luar, mungkin kita bisa berbagi" Jawabku.
"Tapi rasanya gak enak juga terus-terusan menjadi teman baik" Kata Tisya.
"Ya udah, kalau gak enak, bagaimana kalau jadi pacar aku aja" Jawabku.
"What?? pacar? memangnya perasaan kamu ke aku bagaimana? koq bisa mengatakan semudah itu?" Kata Tisya, suaranya meninggi.
 "Ya, kalau gak mau juga gak apa-apa, jadi kita bisa tetam menjadi teman baik" Jawabku.
"Ini bukan masalah mau atau tidak mau Loun, tapi...
"Tapi apa...?
"Gak tau deh, kamu itu aneh" Jawab Tisya.
"Baru sadar ya kalau aku aneh" Kataku.
"Sadarnya sih dari dulu, tapi gak nyangka separah ini" Kata Tisya, aku terkekeh.
"Gak lucu tahu" Kata Tisya.
"Ok deh, aku serius nih,, aku udah lama suka sama kamu, sudah lama pula ku mencoba untuk memendam, karena aku tidak pernah memaksakan kehendakku kepada siapapun, lagian kita juga jarang punya waktu berdua seperti ini, jadi malam ini aku ingin mengatakannya, biar perasaanku lebih lega, urusan jawab ya atau tidak, itu hak kamu, dan aku tidak akan memaksa" Kataku.
Tisya terlihat mikir, "Tunggu kepastiannya besok" Jawab Tisya.
"Koq besok, ngapa gak malam ini aja?" Kataku.
"Aku harus bilang bagaimana? terima.. tapi ini terlalu mendadak, gak terima, tapi ... ah.. aku gak bisa jawab sekarang" Kata Tisya.
"Kalau kamu gak jawab sekarang, itu tandanya kamu menolak, aku gak apa-apa koq" Jawabku, Tisya terlihat semakin gelisah, dan aku menikmati itu.
"Ya udah deh, aku terima" Jawab Tisya pelan, aku langsung memeluknya.
"Terima kasih, mulai besok aku kan berusaha untuk berubah, dan membuatmu bahagia" Bisikku, Tisya balas memelukku lebih erat..
Malam itu adalah malam kami berdua...



Saturday, May 5, 2012

Lupa Game

Ada bagusnya juga ya semangat belajar Bloging, akhirnya aku bisa lupa sama permainan-permainan online di Facebook yang biasanya terasa mencuci otak, jadi sekarang aku lebih fokus belajar tulis menulis, mempertajam jemari, juga memperhalus pemikiran.
Walau saat ini tulisanku tidak jelas manfaatnya, dan belum jelas pula ada yang baca atau tidak, tapi aku tetap semangat, mengekpresikan diri dalam menulis, mengapa tidak? soalnya nikmatnya menghasilkan sebuat tulisan itu bisa di rasakan ketika selesai membuatnya, kalau ada yang baca lebih semangat lagi.. :D
Udah satu minggu ini aku asik belajar mempercantik blog, walau yang di dapat cuma itu-itu aja, tapi lumayanlah, ada kemajuan dikit, setidaknya aku mulai mengerti penggunaan kode HTML, juga bagaimana membuat link-link dalam blog menuju blog lain, atau situs-situs yang kita anggap penting, menjadi pemula itu sangat tidak asik, tapi tanpa pemula, pengetahuan tidak bisa di dapat. 
Aku selalu terlambat dalam hal apapun, termasuk belajar membuat Blog ini, tapi terlambat jauh lebih baik daripada tidak sama sekali, bahkan cepat juga bisa berakibat buruk, buktinya banyak tuh blog-blog yang ditinggalkan pemiliknya, mungkin karena bosan, atau karena tak ada pengunjung, juga tidak menarik, seperti blog ku ini. Yang mengatakan menarik cuma aku sendiri :-p
Merubah kebiasaan itu sangat sulit, dan merubah kebiasaan buruk menjadi baik, jauh lebih sulit. Maka beruntunglah bagi orang-orang yang sudah terbiasa dengan hal-hal yang baik.

Wednesday, May 2, 2012

GedeBook

Rasa-rasanya aku pernah mendengar atau membaca humor gitu deh, humornya berisi teka-teki, apa bahasa Inggrisnya buku jatuh?
jawabannya Gedebook :D 
walaupun rada aneh, tapi namanya juga humor.
Tapi aku tidak ingin membicarakan masalah Humor yang pernah ku baca atau ku dengar beberapa tahun yang lalu, aku lupa. Gedebook yang ku maksud dalam judul di atas adalah Gede dan Book, Gede nya bahasa Indonesia yang artinya besar, dan Book nya bahasa Inggris yaitu buku, jadi artinya Buku besar.
Aku bukan ahli-ahli amat dalam berbahasa Inggris maupun bahasa Indonesia, jadi campur sari juga Ok.. :-$ .
Buku aneh
Gedebook atau Buku besar yang ku maksud bukanlah buku-buku dengan ukuran besar, tapi buku yang dengan judulnya membuatnya menjadi besar, atau terkenal, contohnya sudah banyak buku-buku karya anak bangsa Indonesia yang fenomenal, baik buku fiksi maupun non fiksi, tapi aku lebih suka pada buku fiksi, apalagi fantasi :) , soalnya bisa membuat imajinasi kita melambung, ikut berpetualang dengan para tokoh fiksi tersebut.
Oia, barusan aku singgah di beberapa Blog, dan yang membuatku penasaran adalah sebuah postingan dengan judul 10 buku yang paling banyak menyebabkan kematian di dunia, Wuih... ternyata buku juga bisa berbahaya lho, entah karena di sengaja oleh pengarangnya, atau para pembaca yang salah mengartikan buku tersebut, itu juga bagian dari Gedebook yang ku maksud, kalau mau tau lebih lanjut silahkan klik di Buku - buku besar yang mematikan. gak maksa lho... :-p
"Buku adalah jendela dunia" pepatah yang sudah sangat lama ku dengar, tapi sekarang kalah oleh internet, kalau buku sebagai jendela, internet sebagai rumah, dan situs-situs sebagai pintunya, internet bukan saja membuat kita bisa mengintip lewat jendela, tapi bisa memasuki dunia tersebut.
Hampir setengah hari ini mataku memandang layar komputer, sampe terasa nanar, pertama mengerjakan ketikan, kedua FB an, dan ketika belajar mempercantik Blog, salah satunya bagaimana cara memasang emotion seperti ini nih.. :-x kerenkan?? :D
jadi Gedebook hanya judul isengan doang :-p 

Tuesday, May 1, 2012

Cicak Buntung

Cicak buntung
Entah yang keberapa kalinya ekorku buntung, biasanya gara-gara berebut serangga dengan tetangga sebelah, atau terpukul oleh penghuni rumah, sekarang ekorku putus lantaran si Bison yang berusaha menerkamku saat santai di dinding ruang tengah.
Sebenarnya aku ingin berteman sama si Bison, tapi tiap kali menatapku, dia terlihat galak dan lapar, biarlah ekorku yang jadi korban, tuh lagi dimainkan si Bison, walau gak mengeluarkan darah, tapi rasa perih itu tetap melekat di bagian ekorku.
Pesonaku hilang untuk saat ini, juga untuk hari-hari kedepan, biasanya ekor akan tumbuh dalam kurun waktu beberapa minggu, hilang sudah statusku sebagai cicak faforit di antara cicak-cicak lainnya. Huh.. tetap saja harus bersyukur karena hanya pesonaku yang hilang, tidak dengan nyawaku.
Terkadang aku geli sendiri menyaksikan si Bison berguling-guling memainkan ekorku yang terus bergerak, kucing kesayangan orang rumah itu memang manja, gemuk, tapi itu tadi, bodoh, sebulan sekalipun belum tentu bisa mendapatkan seekor cicak sepertiku.
"Son, sejak kapan ya kamu bodoh seperti itu? sejak lahir mungkin" Kataku, dengan bahasa cicak tentunya.
si Bison hanya mengeong menatapku galak, aku tidak tahu apa yang dikatakannya, ngeong-ngeong dan menggeram, aku tidak yakin dia juga mengerti dengan apa yang ku katakan.
"Tangkaplah aku kalau kamu bisa, dasar bodoh" Kataku lagi sambil pura-pura mendekat, lalu berlari lagi ke atas, Si Bison tambah marah, sorot matanya gelap, kedua telinganya begerak ke kiri dan kekanan, berjalan perlahan.
"Hei, apa yang kamu lakukan?" Kata Ciko, cicak jelek yang menjadi sainganku.
"Mempermainkan si Bison" Jawabku nyengir.
"Udah buntung begitu, masih juga mau coba-coba" Kata Ciko.
"Justru karena sudah terlanjur  buntung, makanya aku mau balas dendam" Jawabku.
"Cicak mau lawan kucing, mana bisa?" Kata Ciko.
"Kenapa tidak? jaman sekarang, bodi besar aja gak cukup untuk menang" Jawabku.
"Bodi besar aja gak cukup, apalagi bodi kecil macam kita?" Kata Ciko.
Obrolan kami terhenti begitu sadar Bison sudah berada di atas lemari, tidak jauh dari ku, Ciko langsung pucat, berusaha berlari, Semula Bison hendak menerkamku, tapi begitu melihat Ciko berlari, Bison langsung menerkamnya, kuku-kuku tajamnya menggores punggung Ciko, pekik kagetnya begitu menyedihkan, Ciko jatuh ke lantai langsung di kejar Bison, aku hanya bisa terpaku di dinding tempatku, kejadian itu terlalu cepat, Tubuh Ciko terkulas di atas permadani, berusaha menghindari cakaran Bison.
Tanpa pikir panjang, aku melompat tepat mengenai wajah Bison, aku berusaha meludahi matanya, hasilnya lumayan, si Bison mengeong, berusaha mencakarku.
"Cepat lari Ko" Pekik ku, Ciko berlari menahan rasa sakit di punggungnya, sementara aku berusaha menghindari cabikan si Bison, satu-satunya kesempatanku adalah melompat dan menyelip di bawah lemari, Ciko berusaha manjat dinding lagi.
"Putuskan ekormu Ko" Teriakku sambil melompat, dan menyelip di bawah lemari, tangan-tangan si Bison berusaha menggapai dan mencakar ku.
Sadar tindakannya sia-sia, si Bison langsung berlari dan melompat mengejar Ciko.
"Putuskan Ekormu Ko?" Teriakku lagi, tapi Ciko tidak menggubrisnya, dia tetap berusaha memanjat dinding lebih tinggi lagi.
Si Bison melompat, lompatannya kali ini lebih tinggi dari biasanya, malang benar bagi Ciko, tetap di depabku, cakar tajam Bison kembali mengenai punggungnya, Ciko kembali jatuh, dan kali ini si Bison langsung menerkam tanpa ampun, aku masih bisa mendengar ratapan perih Ciko sebelum akhirnya tubuh pucat itu tercabik-cabik.
Andai saja Ciko memutuskan ekornya, dia tidak akan mengalami nasib yang begitu naas.. 
Selamat tinggal Ciko, hanya itu yang bisa ku ucapkan, sebelum akhirnya aku memanjat dinding, dan meninggalkan ruangan itu.