Wednesday, April 25, 2012

Kedondong Muda

Buah kedondong nyaris punah, oh.. bukan buahnya, tapi pohonnya, aku sendiri sampai lupa bagaiman tuh bentuk daun kedondong, terakhir kalinya waktu kelas enam Esde, biasa mungutun buah kedondong yang jatuh karena masak pohon, sekarang pohon kedondong itu telah ditebang. 
bahkan hampir setiap perkampungan yang pernah ku singgahi, hampir tidak ada yang namanya pohon kedondong, yang banyak paling pohon rambutan atau pisang, gak tahu mungkin masyarakat gak doyan makan kedondong lagi kali, makanya gak pernah nanam. padahal buah kedondong itu harganya masih tinggi, tingkat pesanan dari masyarakat kota juga cukup menjanjikan, buktinya setiap rujak yang lewat, kalau gak ada kedondongnya pasti kurang enak.
hari ini, aku makan kedondong muda bareng istriku, mudahan saja ini tanda-tanda kehamilannya, soalnya udah satu mingguan ini yang ditanya rujak melulu, tiap kali ada bunyi kelenting lewat depan gang, atau di pinggir-pinggir jalan, pasti deh suara rujak terucap manja dari bibir istriku, aku juga sebenarnya doyan, hehehe..
kedondong muda ternyata enak juga, apalagi makannya dibarengi dengan gurau, sayang cabe mahal, jadi gak kebeli, kedondong muda bisa dimakan dengan kulit dan bijinya, bagi yang kuat nahan kecut kulitnya, yang enak dari kedondong sebenarnya saat tua atau setengah masak, saat kulitnya menguning, tapi tidak terlalu masak, ada manis asam di sana, tapi bijinya itu yang membuat kesal, serabut atau jarot istilah sundanya, ke bayang deh, kalau keselek, pasti gak bisa makan tiga hari tiga malam.
kedondong muda yang aku makan saat ini, ukurannya sangat mungil, mirip telor sesuatu, yang bergelantung dua biji, hehe, sayang rasanya agak tawar, ya namanya juga muda, tapi lebih enak makan yang muda dari pada tidak memakannya sama sekali.



Halaman Sebelumnya .....                                             Halaman Berikutnya .....

No comments:

Post a Comment