Monday, April 30, 2012

Setiap Pekerjaan itu Membosankan

Terduduk bosan
Bernar gak sih setiap pekerjaan itu membosankan?
Untuk menjawabnya, marilah kita berusaha untuk jujur pada diri kita sendiri, apakah benar-benar mencintai dan menyukai pekerjaan itu, atau justru malah sebaliknya, kebutuhanlah yang mendesak kita melakukan pekerjaan yang sebenarnya sangat membosankan.
Hampir 90% dari pekerja yang ada dimuka bumi ini, tidak mencintai pekerjaannya, artinya ia telah mengerjakan pekerjaan-pekerjaan membosankan sepanjang hidupnya, entah itu seorang pegawai, buruh pabrik, kuli bangunan, atau penjaga toko yang ada di mall-mall. 
Setiap pekerjaan itu memerlukan perjuangan dan kesabaran, tapi jika setiap hari kerja yang ada adalah perasaan bosan, apakah sanggup untuk terus bersabar, sedangkan untuk berhenti bekerja, itu mustahil sementara kebutuhan terus mendesak, juga status penganggur itu sangat menyakitkan bagi yang tidak terbiasa. Tapi ada sebagian orang yang berani melepaskan pekerjaannya karena tidak sanggup lagi memikul rasa bosan di hari-harinya, jika pengangguran itu lebih menyenangkan dari pada pekerjaan yang membosankan, mengapa tidak dijalani saja sebagai penganggur, aku tahu apa yang kalian pikirkan, itu terlalu beresiko.
Apapun pekerjaan yang sedang sobat geluti saat ini, semoga sobat terbebas dari sepuluh pekerjaan yang konon sangat membosankan, diantaranya adalah Mailing Staff, Greeter, EntryData,  Operator, Quality Control, Petugas Jalan Tol, Peneliti/ilmuwan, Akuntan, Konsultan, Aktor/Aktris Peran Antagonis, Lebih jelasnya silahkan baca di 10 Pekerjaan yang paling membosankan.
Jika kini sobat masih berstatus seorang penganggur, pasti deh terlintas di benak sobat bahwa menjadi seorang pegawai kantoran itu menyenangkan, dengan baju dinas, motor atau mobil dinas, dan sebagainya, begitu juga jika melihat orang yang bekerja di pabrikan, atau di perusahaan-perusahaan besar, bayangan kita hanya tertuju pada "Betapa menyenangkannya jika punya pekerjaan seperti mereka".
Padahal, tidak sedikit para pegawai kantoran yang justru mulai jenuh dengan pekerjaannya, saat-saat menyenangkan itu paling-paling di awal bulan, atau mendekati liburan, Orang sibuk sangat mendambakan liburan, lalu mengapa orang yang sepanjang harinya santai, penganggur, punya banyak waktu, justru mengeluh karena tidak punya pekerjaan, lagi-lagi semuanya kembali pada kebutuhan yang memaksa kita untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sebenarnya sangat membosankan.
Nah,, lantas apakah tidak ada pekerjaan yang benar-benar menyenangkan?
Jawabannya ada, jika aku mengatakan bahwa pekerjaan yang paling menyenangkan ada menjadi pengangguran sukses, pasti kalian tidak setuju, karena apa? hanya sedikit orang yang bisa menikmati sisa waktu menjadi seorang penganggur.
Pekerjaan akan sangat menyenangkan jika tidak ada paksaan, perintah, tekanan,dan kondisi-kondisi tertentu yang menempatkan kita pada pilihan sulit, permasalahannya, apakah ada pekerjaan yang seperti itu?
Benar, mungkin hanya milik bos-bos besar, yang memiliki toko-toko, atau pejabat-pejabat yang sedang duduk mengantuk di meja pemerintahan sana.
"Apapun pekerjaannya, nikmatilah, yang penting halal" Ya, ku rasa itu adalah kata mujarab yang bisa menghibur kita dari rasa bosan dan tertekan dalam pekerjaan.
Bagiku sendiri, semua pekerjaan yang pernah ku lakukan, semuanya membosankan, kecuali menulis, meskipun tulisan-tulisankan belum mendapatkan apa-apa, tapi aku tetap enjoy melakukannya, santai, tidak ada paksaan dari pihak manapun, dan suatu saat aku yakin bahwa aku bisa mendapatkan uang dengan cara menulis, sebagai pekerjaan yang bisa ku nikmati, tanpa ada rasa keterpaksaan, dan yang terlebih adalah terbebas dari pekerjaan yang membosankan.
Semoga pekerjaan yang sobat semua geluti saat ini tidak termasuk pekerjaan yang membosankan.. ^_^



Friday, April 27, 2012

Kemarau Kata

Daun Kata dilanda kemarau
Kata itu ada musimnya, benar gak ya??
Benar atau tidak, terserah pendapat kalian masing-masing, tapi bagiku pribadi, jelas pake musiman.
Adakalanya kata itu mengalir, atau menetes bagai hujan lebat mengguyur kota atau sebuah pemukiman, bahkan sering kali terjadi banjir, tapi di saat tertentu, justru datang kemarau, hendak menemukan satu kata aja susah, akibatnya terjadi kekeringan, bahkan tandus, aku lebih suka menyebutnya fakum dalam kepenulisan, seperti yang terjadi pada diriku beberapa tahun terakhir.
Aku bukanlah seorang penulis, tapi aku mencintai tulisan dan sangat menyukai dunia tulis menulis, tapi khusus yang tidak ada paksaan atasnya, katakanlah menulis tanpa beban. Cita-cita untuk menjadi seorang penulis juga tetap ku deklarasikan, ku perjuangkan, juga ku proklamasikan, menulis, penulis, atau pengarang, seperti yang tertuang dalam beberapa cerpen ngawur ku, kalau berminat baca, silahkan klik di Halaman Favoritku, gak maksa ya, hehe.
Dulu...sekali, aku pernah bercita-cita menjadi seorang penulis terkenal, gak tanggung-tanggung seperti JK.Rowling sang pengarang si Harry Potter, ada beberapa buku fiksi fantasi yang telah kusiapkan, dari penokohan, watak, alur, tempat, dan dunia di mana cerita itu berada, tapi sayang, semuanya kandas di tengah jalan, ceritanya juga cuma sampai seperempat halaman, penyebabnya... yaitu tadi, Kemarau kata, oh.. bukan itu saja, sebenarnya kemarau kata hanya sebagian kecil, tapi penyebab utamanya adalah... ah.. banyak pokoknya, aku yakin, kalau kalian pernah mendalami minat menulis, pasti akan mengalami hal yang sama.
Sekarang, semangat menulisku mulai membumbung tinggi, cerita fiksi fantasi yang telah ku siapkan beberapa tahun yang lalu, (untung konsepnya belum hilang) harus aku selesaikan secepatnya, urusan terbit gak terbit, itu no 10, pokoknya endingkan, kirimkan.

Lho, koq jadi malah curhat....
Ok deh, kembali pada kemarau kata. 
Kini Jika kemarau kata melanda, aku melakukan hal-hal yang mungkin terlihat bodoh, diantaranya:
  1. Ngupil, mengelurkan sisa tai gajah yang entah bagaimana, mungkin nempel di lubang hidung
  2. Menyulut sebatang rokok
  3. Mengganti Laptop dengan pulpen dan kertas
  4. Menuliskan apa yang kulihat, ku dengar, juga ku benci, tanpa pikir panjang (Misal melihat cicak, langsung tulis cicak kesepian mencari makan)
  5. Nyanyi lagu-lagu lawas
  6. Tidur, dan urusan menjadi selesai....

Ngantuk

Jumat sore dengan awan mendung, matahari yang kemarin panasnya begitu menyengat, kini redup setelah diguyur hujan siang tadi, tapi rasa pengap masih terasa di segenap penjuru kota Khatulistiwa.
Jam segini, perut lapar, mata ngantuk, sepi, yang maen di warnet cuma segelintir orang dengan wajah asing, tadinya sih mau download film Chronicle di Tempat ku biasa download Film Gratis, tapi komputer operator tiba-tiba saja mati, jadi malas mau lanjutkan, padahal udah kebayang tu film keren banget. kalau kalian mau download filmnya, silahkan Klik aja di sini sekaligus dengan sinopsis dan trailernya, di jamin gak bakalan nyesel.
koq jadi malah promosi film ya, padahal tu situs juga bukan punya ku, kenal juga gak dengan pemiliknya, tapi apa salahnya berbagi info, khususnya bagi pecinta film keren.
hari ini Istriku gak ikut ke net, jadinya terasa sepi, walaupun dia ikut cuma menampakan wajah BT karena bosan, tapi seneng juga kalau dia ada, bisa cuci mata, sekaligus ngejailin gito, hehe..
sore masih berjalan menuju malam, rasa ngantuk masih juga bercokol di sele mataku yang rasanya udah belekan, tapi kalau di usap gak ada, tetap bersih, cuma aku yakin warnanya kemerah-merahan.

Thursday, April 26, 2012

Orang Malas Selalu di Bawah??

Malas, jadi ngantuk Zzzzz
Aku bertanya kepada siapa saja, apakah orang malas selalu berada di bawah?
Jawabannya mungkin ia, setidaknya menurut pendapat sebagian besar orang. Malas adalah penyebab kegagalan, dan juga ketidak suksesan, sudah banyak sih contohnya, tapi anehnya orang malas cenderung lebih bahagia dibandingkan dengan orang yang suka bekerja keras, apalagi membanting tulang.
banyak sekali sebenarnya yang menyebabkan kemalasan itu sendiri, salah satunya mudah menyerah, tidak mau repot, atau justru malas akibat dari kecerdasan yang tidak tersalurkan, kebutuhan hidup terkadang memaksa untuk membekukan kreatifitas, sehingga sebagian orang lebih suka menghabiskan waktunya bekerja di pabrikan daripada menikmati waktu luang di beranda rumah, atau di bawah pohon rindang belakang rumah.
Pernahkah kalian membacara buku "The Joy of not working" nya milik Ernie Zelinski, kalian bisa membaca sinopsisnya di Sini.
Bagi yang belum baca, silahkan beli, atau cari yang gratisan di perpustakaan terdekat, hehe. mengapa saya rekomendasikan, karena buku ini menunjukkan bahwa tidak selamanya kerja keras dan membanting tulang itu berakhir dengan sukses, dan tidak selamanya orang yang terlihat malas, banyak waktu luang itu selalu berada di bawah. 
sebagai anak seorang petani, aku dididik menjadi pribadi pekerja keras, tiada hari tanpa bekerja, bahkan ayahku sendiri hanya istirahat di saat makan dan minum, selebihnya bekerja dan bekerja di ladang atau sawah, hasilnya.. lumayan sih, bisa membuat anak-anaknya sekolah mencapai perguruan tinggi, itu juga memaksakan diri, dan biaya tidak sepenuhnya dari orang tua.. (setengah curhat).
Aku hanya ingin membuktikan bahwa bekerja keras saja tidak cukup untuk mencapai sukses, kalian boleh bangga dengan status pekerjaan, bisa pegawai kantoran, atau lain sebagainya, tapi benarkah kalian menikmati pekerjaan kalian? Saat-saat menyenangkan dalam bekerja adalah setiap akhir bulan, istilah kasarnya mendekati terima gajih, selebihnya, kebosanan melanda.
mungkin kalian pernah mendengar bahwa angka kematian di jepang yang paling tinggi adalah bunuh diri, dan menurut penelitian, dan kesaksian (surat yang ditulis sikorban) penyebab utama bunuh diri adalah pekerjaan yang menguras seluruh waktu. 
Ah... ternyata tulisan ini panjang juga, padahal cuma iseng-iseng sekaligus belajar buat link di postingan Blog. kemarin aku sempat singgah di salah satu blog teman, di sana dia mengurutkan lima tingkatan manusia berdasarkan sifat dan gaya hidupnya, yang menempatkan bahwa orang malas berada di posisi paling bawah, sedangkan paling atas di tempati oleh orang licik, kalian bisa baca Blognya di Sini .
kira-kira berhasil gak ya tulisan di Sini untuk menghubungkan ke blog lain?
harus berhasil donk, percuma belajar ngeblog beberapa hari ini, hehehe...
Ok deh, semoga kalian menikmati bacaan ini...

Wednesday, April 25, 2012

Koin Keberuntungan

paman gober dan koin keberuntungannya
Jika kalian pernah membaca komik donal bebek, pasti kalian mengenal Paman Gober, kalau sudah berurusan dengan paman Gober ini, tidak lepas dari kekayaan, dan koin keberuntungan. ada sejarahnya juga lho, kenapa paman gober memiliki koin keberuntungan, dan kenapa pula koin itu selalu di simpan di dalam topi tutup kepalanya, namun yang menarik di sini, bukan sejarahnya, juga bukan tempat penyimpanannya, tapi nilai dari koin keberuntungan itu sendiri.
paman gober lebih rela kehilangan semua kekayaannya daripada kehilangan sebutir koin keberuntungannya, kenapa? alasannya sederhana, jika semua uang dan kekayaannya bangkrut, tapi masih memiliki koin keberuntunga, maka kekayaan itu akan balik dalam beberapa hari saja, begitu juga dengan kebangkrutannya, tapi jika koin keberuntungannya hilang, semua kekayaan itu seakan tidak ada artinya sama sekali, karena dalam dua atau tiga hari kedepan, kekayaan itu akan musnah, dan tidak akan pernah kembali sebelum koin keberuntungan itu balik ke topi hitamnya. anehkan? tapi itulah kekuatan koin keberuntungan.
apakah semua manusia harus memiliki koin keberuntungan untuk bisa mejadi kaya?
dan apakah yang bisa kita jadikan koin keberuntuangan untuk kita?
terlepas dari semua itu, paman gober hanya cerita komik hiburan semata, tapi ada nilai disebalik itu, koin keberuntungan yang seolah menjadi jimat paman gober adalah koin pertama yang ia dapatkan sebelum menjadi kaya, pada akhirnya semangat dan kerja keras paman goberlah yang menjadikan ia kaya, dan juga sifat buruknya, yaitu kikir bahkan untuk saudaranya sendiri.
semangat, kemudian menghasilkan sebuah koin, dari satu koin itulah muncul koin-koin lain yang membuatnya menjadi kaya, bahkan terkaya di kota bebek.

Kedondong Muda

Buah kedondong nyaris punah, oh.. bukan buahnya, tapi pohonnya, aku sendiri sampai lupa bagaiman tuh bentuk daun kedondong, terakhir kalinya waktu kelas enam Esde, biasa mungutun buah kedondong yang jatuh karena masak pohon, sekarang pohon kedondong itu telah ditebang. 
bahkan hampir setiap perkampungan yang pernah ku singgahi, hampir tidak ada yang namanya pohon kedondong, yang banyak paling pohon rambutan atau pisang, gak tahu mungkin masyarakat gak doyan makan kedondong lagi kali, makanya gak pernah nanam. padahal buah kedondong itu harganya masih tinggi, tingkat pesanan dari masyarakat kota juga cukup menjanjikan, buktinya setiap rujak yang lewat, kalau gak ada kedondongnya pasti kurang enak.
hari ini, aku makan kedondong muda bareng istriku, mudahan saja ini tanda-tanda kehamilannya, soalnya udah satu mingguan ini yang ditanya rujak melulu, tiap kali ada bunyi kelenting lewat depan gang, atau di pinggir-pinggir jalan, pasti deh suara rujak terucap manja dari bibir istriku, aku juga sebenarnya doyan, hehehe..
kedondong muda ternyata enak juga, apalagi makannya dibarengi dengan gurau, sayang cabe mahal, jadi gak kebeli, kedondong muda bisa dimakan dengan kulit dan bijinya, bagi yang kuat nahan kecut kulitnya, yang enak dari kedondong sebenarnya saat tua atau setengah masak, saat kulitnya menguning, tapi tidak terlalu masak, ada manis asam di sana, tapi bijinya itu yang membuat kesal, serabut atau jarot istilah sundanya, ke bayang deh, kalau keselek, pasti gak bisa makan tiga hari tiga malam.
kedondong muda yang aku makan saat ini, ukurannya sangat mungil, mirip telor sesuatu, yang bergelantung dua biji, hehe, sayang rasanya agak tawar, ya namanya juga muda, tapi lebih enak makan yang muda dari pada tidak memakannya sama sekali.



Halaman Sebelumnya .....                                             Halaman Berikutnya .....

Tuesday, April 24, 2012

Celoteh sang Cecak

Dinding bukan lagi tempat yang nyaman untukku bersantai, meski nyamuk-nyamuk rumah itu terlihat sangat lezat nongkrong di dinding, baik dinding ruang tamu maupun dinding kamar, tapi hidup lebih utama daripada memikirkan kelezatan nyamuk, karena kucing itu terlalu besar untuk dikalahkan, dan kini ia juga mulai cerdik. 
akhirnya aku membiasakan diri hidup di dek-dek kamar mengitari lampu, berharap ada serangga atau nyamuk nyasar di antara terangnya lampu, itulah tempat favoritku untuk bermalas-malasan, sekaligus tempat mencari makan.
sebagai seekor cecak, hidupku sudah cukup panjang, beberapa tahun entah dimana aku ditetaskan dari telor ibuku, yang pasti hanya saat-saat inilah yang ku ingat, Oh ia.. beberapa hari, minggu atau bulan lalu juga masih bisa ku ingat, tapi tidak banyak, terutama saat aku berada di dek sebuah rumah mewah, mungkin pemiliknya pejabat, atau juga juragan terminal, yang pasti ruamh itu luas, aku hampir tidak mampu menjelajahi seluruh dek, kakiku yang mungil terasa ngilu, lagian aku lebih suka nongkrong malas dekat lampu daripada keliling.
sepanjang hidupku sebagai cecak dek, aku suka mengamati anak-anak kecil saat menjelang tidur, dinina bobokan ibunya, atau pengasuhnya, terkadang lagu cecak-cecak di dingding dinyanyikan, dan aku mulai bosan, karena aku tidak lagi nempel di dinding..

Monday, April 2, 2012

Akhirnya Kau mengunjungiku juga... Jadi ku Ucapkan selamat datang, dan Salam kenal.. :)

Ku harap kau tidak akan kecewa, karena aku bukanlah orang terkenal, atau orang yang punya sejuta cita-cita, aku hanya punya sedikit asa, untuk menjadi seorang penulis.

Karena kau telah mengunjungiku, maka tidak salahnya jika aku menuliskan sedikit tentangku padamu, jika kau bosan, silahkan kembali ke Halaman Sebelumnya atau mampir di sudut Ceritaku, atau mungkin juga kau ingin kabur ke beranda Pencarian Google, jadi silahkan pilih. tapi jika kau ingin mengenalku lebih jauh, inilah aku..

Aku Lahir di Majalengka Jawa Barat, lebih dari dua puluh tahun yang lalu, ketika baru umur dua tahun aku di bawa hijrah ke perdalaman Bengkayang, Kalimantan Barat oleh kedua orang tuaku, Transmigrasi.. itulah istilah yang ku dengar dari mereka. 
Masa kecilku tidaklah seindah masa kecil anak-anak kebanyakan, mungkin juga masa kecilmu, keadaan ekonomi kedua orang tuaku yang menyebabkan masa kecilku kurang bahagia, saat aku mulai mengerti sesuatu, tempat bermainku lumpur sawah, atau kebun karet, itulah yang membuat aku tidak terlalu banyak memiliki teman. Aku terbiasa dengan kesendirian, kadang aku berbicara pada cangkul, cincang, juga kodok-kodok kecil yang ku jadikan sebagai umpan pancingku, kebiasaan itulah yang membuat aku punya dunia sendiri, dunia yang bisa kunikmati, ku mengerti, sayangnya tidak bisa dilihat oleh siapapun.
Jika kau menganggap masa sekolah dasar (SD) adalah masa-masa yang paling menyenangkan, bagiku justru sebaliknya, itu adalah masa yang paling suram sepanjang hidupku, sebenarnya aku menikmati berada di sekolah, tapi perjalanannya yang sangat menyiksa, jarak dari rumah kesekolah 7 KM yang harus ditempuh dengan jalan kaki tanpa alas, batu-batu runcing yang terkadang membuat kaki berdarah, atau tanah lumpur yang membuat baju kumal sebelum sampai di sekolah, tapi aku mampu bertahan hingga kelulusan, selama itu pula aku tidak pernah tinggal kelas.
aku bukanlah tergolong siswa cerdas, juga bukan siswa yang rajin belajar, baik di sekolah ataupun di rumah, pekerjaan itu telah menguras semua waktuku. 
oleh sebab itulah aku tidak memiliki prestasi di bidang apapun, pernah sih peringkat 2 dan 3 waktu kelas 6 SD, dan kelas 2 SMA, selebihnya aku hanya bisa mencapai lima besar, atau 10 besar. sedangkan prestasi di bidang lainnya, bisa di bilang Nol besar.
sampai menginjak bangku SMA, aku tidak terlalu pandai bersosialisasi, masih tidak memiliki banyak teman, yang ku miliki hanyalah lembar-lembar catatan harian yang ku tulis di buku pelajaran, maupun di buku mungil yang selalu melekat di saku bajuku, tapi masa SMA bisa ku nikmati sebagai masa terindah, apalagi setelah menginjak kelas 3.
Lulus SMA aku menjadi penganggur setengah tahun, hingga akhirnya aku memutuskan untuk merantau ke Kota Pontianak, kota yang selama itu pula belum pernah ku kunjungi, tinggal di rumah orang, mereka mengatakan mengangkatku sebagai anak, tapi yang ku rasakan aku hanya seorang pembantu dan tukang kebun. 
di tahun berikutnya aku masuk kuliah di salah satu perguruan tinggi yang ada di Pontianak, saat itulah perubahan dalam diriku, sikap kaku, gugup, pendiam dan  rendah diri yang dulu menjadi bagian dari sifatku, rasanya menghilang entah kemana, tiba-tiba saja aku menjadi vokal, di awal-awal kuliah, aku menjadi salah satu Mahasiswa yang di perhitungkan oleh teman-temanku.
Tapi itu tidak berjalan lama, menginjak semester tiga aku kuliah, adik yang sangat aku sayangi mengalami kecelakaan, dan harus pergi untuk selamanya, kepergiannya membuat sikapku kembali berubah, aku hampir tidak mengenali siapa diriku lagi.
aku tetap bertahan dalam perkuliahan hingga beberapa tahun lamanya, entah yang ke berapa belas semester terlewaskan, aku menghayutkan diriku sendiri pada sungai kehidupan, tanpa sedikitpun ku melawan arus, namun akhirnya ku terima juga selembar ijazah itu.
aku bukanlah salah satu dari sekian banyak mahasiswa pemberontak, atau pendemo, tapi aku tidak mudah setuju dengan apa yang dikatakan oleh teman, dosen, atau siapapun, aku memiliki pandangan berbeda dengan siapapun, tentang apapun, mungkin itulah yang membuat aku tidak banyak memiliki sahabat.
kehidupan di kota, tanpa cukup modal untuk hidup, itu sangat tidak menyenangkan, dan itulah yang ku alami, pernah bekerja sebagai tukang sapu, kuli bangunan, penjual koran, tukang cuci piring, ah.. tak ada pekerjaan yang benar-benar menyenangkan, hampir setiap malam semua kekesalanku tercatat di lembar-lembar buku tebalku yang sekarang entah kemana, hingga akhirnya aku sadar.. bahwa satu-satunya pekerjaan yang membuatku senang adalah menulis, itulah yang membuatku memutuskan untuk memiliki satu cita-cita, yaitu mejadi seorang penulis.

Ah... aku tahu kau benar-benar bosan membaca ini, atau mungkin kau pergi sebelum tuntas membacanya, tapi terimakasih ku ucapkan pada siapapun yang akhirnya membaca sampai tuntas, aku telah mengatakan tentangku, dan rasanya melegakan, jadi apa salahnya kalau kau menuliskan tentangmu pada kolom komentar, walau hanya satu kata.. 
Inilah aku, dan ku harap kau setuju..